October 22nd, 2015 // ForBALI

Jangan Rusak Kawasan Suci dengan Reklamasi

doa-teluk-benoa

Pada 10-11 Oktober lalu, Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) menggelar Pesamuhan Sabha Walaka PHDI di Hotel Nikki Jl. Gatsu Tengah Denpasar. Dalam Pesamuhan tersebut, Komisi IV membahas tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Besakih.

Salah satu poin penting dalam keputusan Komisi IV tersebut adalah bahwa Kawasan Teluk Benoa merupakan kawasan suci. Oleh karena itu, kawasan ini tidak boleh direklamasi.

Berikut catatan sebagian keputusan tersebut sebagaimana ditulis Nyoman Mertha, Ketua Komisi IV, sebagaimana ditulis di Facebooknya. Kami edit sedikit terutama yang terkait dengan Teluk Benoa.

Hasil-Hasil Sidang Komisi IB tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan KSPN Besakih (Konsep Nyegara Gunung).

1. Kajian Sugi Lanus tentang Kawasan Teluk Benoa sebagai Kawasan Suci.

Kawasan Teluk Benoa adalah titim temu Parahyangan Kawasan dan Campuhan Agung sehingga Teluk Benia adakah Kawasan yang sangat disucikan oleh umat Hindu.

A. Teluk Benoa dikelilingi oleh berbagai parahyangan (tempat suci) baik kasat dan tidak kasat mata.

Kawasan Teluk Benoa disakralkan sebagai titik temu parahyangan (tempat suci) di samping secara kasat mata memiliki kekayaan hayati dan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya.

Titik-titik di pesisir dan daratan yang sangat angker dan disucikan, sebagai berikut:

1. Pulau Pudut
Di pulau suci ini terdapat Pura Segara, Pura Suwung Deluang, dan Pura Beji. Berfungsi sebagai empat Pemelastian dan Penghanyutan serta mencari tirtha dan tirtha yatra.

2. Daratan Serangan
Di pesisirnya terdapat Pura Sakenan, Pura Segara, Pura Pesamuan Agung. Pusat perayaan sehari setelah Hari Raya Kuningan bagi karma dari wilayah Badung dan Denpasar. Tempat Pemelastian dan Penghanyutan. Aliran dari laut Sakenan menuju Teluk Benoa sangat disakralkan.

3. Daratan Benoa
Di daratan/pesisirnya terdapat Pura Segara, ada tempat penghanyutan dan pemelastian. Daratan Benoa dikelilingi/diapit oleh sungai angker dari aliran Sungai Tanah Kilap, Sungai Candi Narmada dengan Laut Sakenan dimana keduanya menuju ke Teluk Benoa.

4. Daratan Tuban
Di pesisir Tuban ini terdapat titik sangat disucikan yaitu Pura Kahyangan Jagat (Pura Karangasem). Aliran tukad/sungai dari Kuta menuju Loloan Tuban dan bermuara ke Teluk Benoa. Loloan ini menjadi tempat mencari berkah dan keselamatan.

5. Daratan Kelan
Di daratan dan pesisir Kelan terdapat Pura Segara Ulun Tanjung Desa Adat Kelan. Tempat penghanyutan dan pemelastian. Ada balai kelompok nelayan Tanjung Sari Desa Adat Kelan.

6. Daratan Jimbaran
Di pesisirnya terdapat Loloan menuju Teluk Benoa seperti Loloan Dukuh, Loloan Kedonganan dan Loloan Sawang Angker. Loloan atau campuhan ini disucikan sebagai tempat pemberkatan dan ruwatan.

7. Daratan Tanjung
Situasi Tanjung dan Parahyangannya terkait Teluk Benoa sebagai berikut Daratan ini sangat dekat dengan daratan Serangan. Ada Pura Segara, ada tempat penghanyutan dan pemelastian. Aliran air bermuara ke Teluk Benoa dan putaran air laut di Teluk akan berpengaruh secara sekala-nisakala pada krama/warga Desa Tanjung.

Secara keseluruhan pesisir dan dataran di sekitar Teluk Benoa berhubungan secara Niskala dan terikat dengan kehidupan keagamaan dan keyakinan masyarakat sekitarnya. Sebagai Campuhan Agung masyarakat menyucikan kawasan Teluk Benoa, dengan fungsinya yang sangat luar biasa: Disamping untuk pelaksanaan upacara adat juga sebagai tempat memohon berkah, keselamatan juga tempat mata pencaharian/penghidupan turun-temurun ribuan tahun penduduk dan nelayan sekitar, seperti kelompok nelayan Tanjung Sari Kelan.

B. Teluk Benoa adalah Pemersatu atau Titik Temu Sekala-Niskala Kawasan Tanjung Benoa – Jimbaran – Kelan – Tuban – Pesanggaran – Benoa – Serangan – Sanur

1. Ada daerah-daerah angker berupa pertemuan-pertemuan di bawah laut; pertigaan, perempatan dan bundaran yang diyakini sebagai tempat perjalanan Beliau/para Dewata seperti adanya pertemuan Loloan Dukuh, Loloan Kedonganan, Loloan Tuban, Sawang Angker, Sawang Benoa.

2. Merupakan muara dari sungai/Tukad Kuta, Tukad Griya Anyar Tanah Kilap, Tukad Candi Narmada, aliran dari Laut Sakenan.

3. Ada puncak gunung di Teluk Benoa disebut Segara Giri.

4. Ada Pura di bawah laut disebut Pura Dalem Segara.

5. Tempat penghanyutan dan pemelastian dari daratan Serangan, daratan Benoa, daratan Tanjung, daratan Tuban dan daratan Kelan (dipercaya secara turun-temurun sebagai tempat penyucian alam dan terowongan menuju suarga loka saat meninggal).

C. Peta Lokasi dan Titik-Titik Sakral untuk Upakara Hindu di Teluk Benoa

Teluk Benoa merupakan Campuhan Agung (pertemuan sungai-sungai dengan laut yang disucikan), tempat pertemuan-pertemuan energi niskala, tempat berkumpulnya roh suci dan para Hyang/Betara/Dewata:

1. Di sekitar yang akan direklamasi ada Muntig (puncak gunung di laut). Tempat ini diyakini sebagai tempat perputaran air di bawah laut. Di tempat ini sering dipakai tempat untuk pelaksanaan upacara/ ritual di tengah laut oleh masyarakat Kelan setiap 1 (satu) tahun sekali tepatnya setiap sasih Kaenem.

2. Di sebelah Timur dari Muntig ada Pura di bawah laut disebut Pura Karang Tengah atau Pura Karang Suwung sebagai tempat untuk Mulang Pekelem/menghanyutkan upakara pekelem. Di tempat ini sekarang ditandai dengan pelampung warna merah. Bagi yang tahu tempat itu baik masyarakat, para nelayan, nahkoda kapal pasti menghindar dari tempat tersebut karena diyakini sangat angker. Itulah Pura Dalem Segara.

3. Laut Kelan/Teluk Benoa adalah muara dari berbagai sungai/Tukad dan Loloan:
a) Tukad/sungai Kuta,
b) Tukad/sungai Candi Narmada,
c) Tukad/sungai Pura Griya Anyar,
d) Tukad/sungai Tanah Kilap (Lokasi Angker),
e) Aliran Laut dari depan Pura Sakenan,
f) Loloan Tuban, Loloan Dukuh,
g) Loloan Kedonganan,
h) Sawang Angker,
i) Sawang Benoa dan
j) Loloan Jimbaran.
k) Pantai Kelan sebagai lokasi/tempat melasti Ida Betara dan Nganyut setelah Upakara Ngaben.

2. Kajian dan presentasi Narasumber Prof. Dr. I Ketut Rahyuda, MSIE tentang Kawasan Suci Teluk Benoa atas nama Love Bali Forum (LBF).

• Jeritan dan aspirasi masyarakat Bali sejak lama terlontar tanpa mendapat tanggapan positif. Sementara sikap pemimpin dan penguasa Bali tidak jelas dan membingungkan rakyat tentang Benoa, Serangan, Suwung Batan Kendal dan sekitarnya.

• Memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat tentang rencana Reklamasi Teluk Benoa, maka kami dengan tegas MENOLAK rencana Reklamasi Teluk Benoa ditinjau dari aspek sosial budaya, ekonomi, kelestarian lingkungan.

• Untuk itu kami menyampaikan kriteria pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan 5 hal pokok sebagai berikut:
(1) Program pembangunan hendaknya tidak merusak bahkan membunuh keanekaragaman hayati;
(2) Hendaknya menghunakan sumberdaya terbarukan;
(3) Memperhatikan filosofi Tri Hita Karana sehingga tidak membunuh aktivitas sosial petani nelayan dan seharusnya peduli terhadap kualitas hidup masyarakat;
(4) Program pembangunan berkelanjutan membutuhkan penyesuaian dari masyarakat, BUKAN penyesuaian untuk memenuhi kepentingan investor dan corporatenya;
(5) Jika pemimpin Bali kalau tidak berani menolak reklamasi, maka kami mengajak seluruh rakyat Bali untuk melawan dan mengusir kehendak investor kapitalis yang borjuis untuk menolak reklamasi maupun revitalisasi Teluk Benoa.

• Agar memberikan kewenangan penuh kepada Desa untuk membangun wilayahnya sesuai amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tanpa harus diintervensi oleh kepentingan investor yang hanya akan mengeruk keuntungan tanpa memperhatikan masa depan dan kelangsungan eksistensi Bali dan Wangsa Bali.

Berikut juga pendapat para Sulinggih tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan KSPN Besakih:

Ida Pandita Mpu Acharya Nanda:
Kami para sulinggih mohon dengan sangat hormat, jangan sekali-kali kita berani mengutak-atik kawasan suci. Untuk apa kita mau hidup berlimpah materi tetapi miskin hati nurani? Oleh karena itu saya menghimbau agar masyarakat Bali bersikap arif bijaksana untuk menyikapi polemik tentang rencana Kawasan Besakih dan Kawasan Teluk Benoa. Intinya kita harus pertahankan kawasan suci dari tangan-tangan investor yang hanya akan mengeruk keuntungan di Bumi Bali.

Ida Pandita Mpu Daksa Carya Manuaba:
Harus ada strategi yang ampuh untuk membatalkan rencana Reklamasi Teluk Benoa karena Teluk Benoa merupakan kawasan suci bagi umat Hindu. Tahun 2005 saya sudah pernah menulis dampak buruk pariwisata terhadap Bali. Terhadap adanya rencana pengembangan pariwisata baru di Teluk Benoa, umat Hindu harus bersatu. Sayang sekali usulan Otonomi Khusus (Otsus) untuk Bali kandas di tengah jalan sehingga selalu saja ada upaya untuk mengeksploitasi Bali.

Ir. Made Amir (Prb Agastya Muni Das)-anggota Sabha Walaka
Dengan berbagai pertimbangan, baik spiritual, religius, dampak buruknya terhadap Bali, ancaman terhadap budaya Bali dan lainnya, maka saya sepakat untuk memberikan masukan kepada sidang komisi agar Sabha Walaka mengusulkan kepada Sabha Pandita agar menerbitkan Bhisama tentang Pencabutan Perpres 51 Tahun 2014 tentang pemanfaatan Kawasan Taeluk Benoa sebagai Kawasan Pemanfataan Umum sehingga rencana reklamasi berkedok revitalisasi bisa DIBATALKAN.

Prof. DR. I Made Bakta – undangan narasumber/tokoh umat :
Polemik tentang Kawasan Teluk Benoa telah membuat masyarakat Bali terpecah menjadi dua kelompok yang berhadapan. Sebaiknya masyarakat Bali bersatu. Yang kita pertaruhkan adalah eksistensi Bali agar tetap lestari sampai beberapa puluh tahun kedepan.

Tambahan Kajian dari elemen masyarakat yang sangat perlu dimasukkan di dalam Rantus Pesamuhan Sabha Walaka (untuk melengkapi Kajian Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia atau ICHI).

Aspiarasi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa yang diserahkan kemarin oleh elemen Masyarakat seperti Love Bali Forum, Kajian BEM UGM, kompilasi pemberitaan yang berkembang di media masa, baik cetak, elektronik dan media sosial dan perjuangan oleh ForBali tentang penolakan Reklamasi Teluk Benoa.

Catatan :
Hasil sidang ini kita sebarluaskan untuk pegangan masyarakat sehingga bisa mengawal PHDI Pusat sebelum keluarnya Bhisama tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan Pura Besakih melalui Pesamuhan Sabha Pandita di Jakarta, 23-24 Oktober 2015.

doa-teluk-benoa

Pada 10-11 Oktober lalu, Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) menggelar Pesamuhan Sabha Walaka PHDI di Hotel Nikki Jl. Gatsu Tengah Denpasar. Dalam Pesamuhan tersebut, Komisi IV membahas tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Besakih.

Salah satu poin penting dalam keputusan Komisi IV tersebut adalah bahwa Kawasan Teluk Benoa merupakan kawasan suci. Oleh karena itu, kawasan ini tidak boleh direklamasi.

Berikut catatan sebagian keputusan tersebut sebagaimana ditulis Nyoman Mertha, Ketua Komisi IV, sebagaimana ditulis di Facebooknya. Kami edit sedikit terutama yang terkait dengan Teluk Benoa.

Hasil-Hasil Sidang Komisi IB tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan KSPN Besakih (Konsep Nyegara Gunung).

1. Kajian Sugi Lanus tentang Kawasan Teluk Benoa sebagai Kawasan Suci.

Kawasan Teluk Benoa adalah titim temu Parahyangan Kawasan dan Campuhan Agung sehingga Teluk Benia adakah Kawasan yang sangat disucikan oleh umat Hindu.

A. Teluk Benoa dikelilingi oleh berbagai parahyangan (tempat suci) baik kasat dan tidak kasat mata.

Kawasan Teluk Benoa disakralkan sebagai titik temu parahyangan (tempat suci) di samping secara kasat mata memiliki kekayaan hayati dan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya.

Titik-titik di pesisir dan daratan yang sangat angker dan disucikan, sebagai berikut:

1. Pulau Pudut
Di pulau suci ini terdapat Pura Segara, Pura Suwung Deluang, dan Pura Beji. Berfungsi sebagai empat Pemelastian dan Penghanyutan serta mencari tirtha dan tirtha yatra.

2. Daratan Serangan
Di pesisirnya terdapat Pura Sakenan, Pura Segara, Pura Pesamuan Agung. Pusat perayaan sehari setelah Hari Raya Kuningan bagi karma dari wilayah Badung dan Denpasar. Tempat Pemelastian dan Penghanyutan. Aliran dari laut Sakenan menuju Teluk Benoa sangat disakralkan.

3. Daratan Benoa
Di daratan/pesisirnya terdapat Pura Segara, ada tempat penghanyutan dan pemelastian. Daratan Benoa dikelilingi/diapit oleh sungai angker dari aliran Sungai Tanah Kilap, Sungai Candi Narmada dengan Laut Sakenan dimana keduanya menuju ke Teluk Benoa.

4. Daratan Tuban
Di pesisir Tuban ini terdapat titik sangat disucikan yaitu Pura Kahyangan Jagat (Pura Karangasem). Aliran tukad/sungai dari Kuta menuju Loloan Tuban dan bermuara ke Teluk Benoa. Loloan ini menjadi tempat mencari berkah dan keselamatan.

5. Daratan Kelan
Di daratan dan pesisir Kelan terdapat Pura Segara Ulun Tanjung Desa Adat Kelan. Tempat penghanyutan dan pemelastian. Ada balai kelompok nelayan Tanjung Sari Desa Adat Kelan.

6. Daratan Jimbaran
Di pesisirnya terdapat Loloan menuju Teluk Benoa seperti Loloan Dukuh, Loloan Kedonganan dan Loloan Sawang Angker. Loloan atau campuhan ini disucikan sebagai tempat pemberkatan dan ruwatan.

7. Daratan Tanjung
Situasi Tanjung dan Parahyangannya terkait Teluk Benoa sebagai berikut Daratan ini sangat dekat dengan daratan Serangan. Ada Pura Segara, ada tempat penghanyutan dan pemelastian. Aliran air bermuara ke Teluk Benoa dan putaran air laut di Teluk akan berpengaruh secara sekala-nisakala pada krama/warga Desa Tanjung.

Secara keseluruhan pesisir dan dataran di sekitar Teluk Benoa berhubungan secara Niskala dan terikat dengan kehidupan keagamaan dan keyakinan masyarakat sekitarnya. Sebagai Campuhan Agung masyarakat menyucikan kawasan Teluk Benoa, dengan fungsinya yang sangat luar biasa: Disamping untuk pelaksanaan upacara adat juga sebagai tempat memohon berkah, keselamatan juga tempat mata pencaharian/penghidupan turun-temurun ribuan tahun penduduk dan nelayan sekitar, seperti kelompok nelayan Tanjung Sari Kelan.

B. Teluk Benoa adalah Pemersatu atau Titik Temu Sekala-Niskala Kawasan Tanjung Benoa – Jimbaran – Kelan – Tuban – Pesanggaran – Benoa – Serangan – Sanur

1. Ada daerah-daerah angker berupa pertemuan-pertemuan di bawah laut; pertigaan, perempatan dan bundaran yang diyakini sebagai tempat perjalanan Beliau/para Dewata seperti adanya pertemuan Loloan Dukuh, Loloan Kedonganan, Loloan Tuban, Sawang Angker, Sawang Benoa.

2. Merupakan muara dari sungai/Tukad Kuta, Tukad Griya Anyar Tanah Kilap, Tukad Candi Narmada, aliran dari Laut Sakenan.

3. Ada puncak gunung di Teluk Benoa disebut Segara Giri.

4. Ada Pura di bawah laut disebut Pura Dalem Segara.

5. Tempat penghanyutan dan pemelastian dari daratan Serangan, daratan Benoa, daratan Tanjung, daratan Tuban dan daratan Kelan (dipercaya secara turun-temurun sebagai tempat penyucian alam dan terowongan menuju suarga loka saat meninggal).

C. Peta Lokasi dan Titik-Titik Sakral untuk Upakara Hindu di Teluk Benoa

Teluk Benoa merupakan Campuhan Agung (pertemuan sungai-sungai dengan laut yang disucikan), tempat pertemuan-pertemuan energi niskala, tempat berkumpulnya roh suci dan para Hyang/Betara/Dewata:

1. Di sekitar yang akan direklamasi ada Muntig (puncak gunung di laut). Tempat ini diyakini sebagai tempat perputaran air di bawah laut. Di tempat ini sering dipakai tempat untuk pelaksanaan upacara/ ritual di tengah laut oleh masyarakat Kelan setiap 1 (satu) tahun sekali tepatnya setiap sasih Kaenem.

2. Di sebelah Timur dari Muntig ada Pura di bawah laut disebut Pura Karang Tengah atau Pura Karang Suwung sebagai tempat untuk Mulang Pekelem/menghanyutkan upakara pekelem. Di tempat ini sekarang ditandai dengan pelampung warna merah. Bagi yang tahu tempat itu baik masyarakat, para nelayan, nahkoda kapal pasti menghindar dari tempat tersebut karena diyakini sangat angker. Itulah Pura Dalem Segara.

3. Laut Kelan/Teluk Benoa adalah muara dari berbagai sungai/Tukad dan Loloan:
a) Tukad/sungai Kuta,
b) Tukad/sungai Candi Narmada,
c) Tukad/sungai Pura Griya Anyar,
d) Tukad/sungai Tanah Kilap (Lokasi Angker),
e) Aliran Laut dari depan Pura Sakenan,
f) Loloan Tuban, Loloan Dukuh,
g) Loloan Kedonganan,
h) Sawang Angker,
i) Sawang Benoa dan
j) Loloan Jimbaran.
k) Pantai Kelan sebagai lokasi/tempat melasti Ida Betara dan Nganyut setelah Upakara Ngaben.

2. Kajian dan presentasi Narasumber Prof. Dr. I Ketut Rahyuda, MSIE tentang Kawasan Suci Teluk Benoa atas nama Love Bali Forum (LBF).

• Jeritan dan aspirasi masyarakat Bali sejak lama terlontar tanpa mendapat tanggapan positif. Sementara sikap pemimpin dan penguasa Bali tidak jelas dan membingungkan rakyat tentang Benoa, Serangan, Suwung Batan Kendal dan sekitarnya.

• Memperhatikan aspirasi yang berkembang di masyarakat tentang rencana Reklamasi Teluk Benoa, maka kami dengan tegas MENOLAK rencana Reklamasi Teluk Benoa ditinjau dari aspek sosial budaya, ekonomi, kelestarian lingkungan.

• Untuk itu kami menyampaikan kriteria pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan 5 hal pokok sebagai berikut:
(1) Program pembangunan hendaknya tidak merusak bahkan membunuh keanekaragaman hayati;
(2) Hendaknya menghunakan sumberdaya terbarukan;
(3) Memperhatikan filosofi Tri Hita Karana sehingga tidak membunuh aktivitas sosial petani nelayan dan seharusnya peduli terhadap kualitas hidup masyarakat;
(4) Program pembangunan berkelanjutan membutuhkan penyesuaian dari masyarakat, BUKAN penyesuaian untuk memenuhi kepentingan investor dan corporatenya;
(5) Jika pemimpin Bali kalau tidak berani menolak reklamasi, maka kami mengajak seluruh rakyat Bali untuk melawan dan mengusir kehendak investor kapitalis yang borjuis untuk menolak reklamasi maupun revitalisasi Teluk Benoa.

• Agar memberikan kewenangan penuh kepada Desa untuk membangun wilayahnya sesuai amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tanpa harus diintervensi oleh kepentingan investor yang hanya akan mengeruk keuntungan tanpa memperhatikan masa depan dan kelangsungan eksistensi Bali dan Wangsa Bali.

Berikut juga pendapat para Sulinggih tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan KSPN Besakih:

Ida Pandita Mpu Acharya Nanda:
Kami para sulinggih mohon dengan sangat hormat, jangan sekali-kali kita berani mengutak-atik kawasan suci. Untuk apa kita mau hidup berlimpah materi tetapi miskin hati nurani? Oleh karena itu saya menghimbau agar masyarakat Bali bersikap arif bijaksana untuk menyikapi polemik tentang rencana Kawasan Besakih dan Kawasan Teluk Benoa. Intinya kita harus pertahankan kawasan suci dari tangan-tangan investor yang hanya akan mengeruk keuntungan di Bumi Bali.

Ida Pandita Mpu Daksa Carya Manuaba:
Harus ada strategi yang ampuh untuk membatalkan rencana Reklamasi Teluk Benoa karena Teluk Benoa merupakan kawasan suci bagi umat Hindu. Tahun 2005 saya sudah pernah menulis dampak buruk pariwisata terhadap Bali. Terhadap adanya rencana pengembangan pariwisata baru di Teluk Benoa, umat Hindu harus bersatu. Sayang sekali usulan Otonomi Khusus (Otsus) untuk Bali kandas di tengah jalan sehingga selalu saja ada upaya untuk mengeksploitasi Bali.

Ir. Made Amir (Prb Agastya Muni Das)-anggota Sabha Walaka
Dengan berbagai pertimbangan, baik spiritual, religius, dampak buruknya terhadap Bali, ancaman terhadap budaya Bali dan lainnya, maka saya sepakat untuk memberikan masukan kepada sidang komisi agar Sabha Walaka mengusulkan kepada Sabha Pandita agar menerbitkan Bhisama tentang Pencabutan Perpres 51 Tahun 2014 tentang pemanfaatan Kawasan Taeluk Benoa sebagai Kawasan Pemanfataan Umum sehingga rencana reklamasi berkedok revitalisasi bisa DIBATALKAN.

Prof. DR. I Made Bakta – undangan narasumber/tokoh umat :
Polemik tentang Kawasan Teluk Benoa telah membuat masyarakat Bali terpecah menjadi dua kelompok yang berhadapan. Sebaiknya masyarakat Bali bersatu. Yang kita pertaruhkan adalah eksistensi Bali agar tetap lestari sampai beberapa puluh tahun kedepan.

Tambahan Kajian dari elemen masyarakat yang sangat perlu dimasukkan di dalam Rantus Pesamuhan Sabha Walaka (untuk melengkapi Kajian Ikatan Cendekiawan Hindu Indonesia atau ICHI).

Aspiarasi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa yang diserahkan kemarin oleh elemen Masyarakat seperti Love Bali Forum, Kajian BEM UGM, kompilasi pemberitaan yang berkembang di media masa, baik cetak, elektronik dan media sosial dan perjuangan oleh ForBali tentang penolakan Reklamasi Teluk Benoa.

Catatan :
Hasil sidang ini kita sebarluaskan untuk pegangan masyarakat sehingga bisa mengawal PHDI Pusat sebelum keluarnya Bhisama tentang Kawasan Suci Teluk Benoa dan Pura Besakih melalui Pesamuhan Sabha Pandita di Jakarta, 23-24 Oktober 2015.