Gempuran anak muda untuk menolak rencana reklamasi kembali meluas. Pada Rabu sore (6/4), giliran pemuda dan pemudi dari Desa Adat Sumerta Kaja yang menggelar aksi turun ke jalan sambil memasang bendera ForBALI dan baliho tolak reklmasi teluk benoa berukuran 5×3 meter. Selain itu, Forum Sukawati Tolak Reklamasi juga menggelar aksi yang serupa.
Ratusan pemuda yang mengatasnamakan Forum Pemuda Adat Sumerta Kaja Tolak Reklamasi yang terdiri dari Sekaa Teruna Teruni daro 4 Banjar, yakni Banjar Peken, Banjar Kerta Bumi, Banjar Sima dan Banjar Lebah ini selain memasang atribut penolakan, juga melakukan atraksi Baleganjur.
Sebelum menjalankan aksinya, Generasi muda Bali yang konsisten menolak reklamasi ini ini berkumpul di Jaba Pura Desa, Jalan Kenyeri Denpasar. Selanjutnya melakukan Long march dari Pura Desa menuju ke pertigaan Jl. Kecubung- Hayam Wuruk dan menaikkan bendera Forbali serta pemasangan Baliho Tolak Reklamasi yang diiringi gambelan Beleganjur, atribut bendera kecil dan spanduk.
Selain itu, ratusan warga dari Forum Pemuda Adat Sumerta Kaja Tolak Reklamasi juga memasang baliho Tolak reklamasi di Perempatan Jl. Kenyeri -WR. Supratman Denpasar.
I Wayan Murdika selaku Kepala Lingkungan Banjar Peken Sumerta Kaja mengapresiasi aksi anak muda ini. “Teluk Benoa tidak perlu direklamasi, apalagi mau seperti Singapura, Dubai dan lainnya. Bali ini sudah mendunia dengan seni dan budaya,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu peserta aksi juga mengatakan hal yang serupa. “Ada 70 titik suci di Teluk Benoa, jika rencana ini dipaksakan oleh penguasa dan pengusaha, maka mereka sudah menodai kawasan suci yang ada di Teluk Benoa,” tegas peserta aksi.
Forum Pemuda Adat Sumerta Kaja Tolak Reklamasi berharap kepada Made Mangku Pastika selaku Gubenur Bali untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan desa adat yang menolak reklamasi. mereka juga berharap kepada Presiden Joko Widodo untuk membatalkan Perpres 51 Tahun 2014 warisan SBY sebagai presiden sebelumnya.
Aksi yang berjalan kurang lebih dua jam ini berlangsung dengan aman, dan lancar. Seusai aksi, masa pun membubarkan diri dengan tertib.
Di hari yang sama dan tempat yang berbeda, Forum Sukawati Tolak Reklamasi juga memasang kembali baliho yang jatuh karena diterjang angin keras di pantai purnama. Selain itu, mereka juga memasang baliho ukuran 3×5 di pasar umum Sukawati.
Kadek Tila selaku koordinator Forum Sukawati Tolak Reklamasi mengatakan, gerakan ini diharapkan mampu menggugah para aparat desa khususnya bendesa adat Sukawati supaya memiliki keberanian untuk menyatakan sikap untuk menolak reklamasi.
Selain itu, Tila juga berharap aspirasi ini segera disambut dengan baik. “Kami bersikap karena Sukawati punya wilayah pantai yang sering digunakan untuk kegiatan adat dan keagamaan,” tutupnya.
Gempuran anak muda untuk menolak rencana reklamasi kembali meluas. Pada Rabu sore (6/4), giliran pemuda dan pemudi dari Desa Adat Sumerta Kaja yang menggelar aksi turun ke jalan sambil memasang bendera ForBALI dan baliho tolak reklmasi teluk benoa berukuran 5×3 meter. Selain itu, Forum Sukawati Tolak Reklamasi juga menggelar aksi yang serupa.
Ratusan pemuda yang mengatasnamakan Forum Pemuda Adat Sumerta Kaja Tolak Reklamasi yang terdiri dari Sekaa Teruna Teruni daro 4 Banjar, yakni Banjar Peken, Banjar Kerta Bumi, Banjar Sima dan Banjar Lebah ini selain memasang atribut penolakan, juga melakukan atraksi Baleganjur.
Sebelum menjalankan aksinya, Generasi muda Bali yang konsisten menolak reklamasi ini ini berkumpul di Jaba Pura Desa, Jalan Kenyeri Denpasar. Selanjutnya melakukan Long march dari Pura Desa menuju ke pertigaan Jl. Kecubung- Hayam Wuruk dan menaikkan bendera Forbali serta pemasangan Baliho Tolak Reklamasi yang diiringi gambelan Beleganjur, atribut bendera kecil dan spanduk.
Selain itu, ratusan warga dari Forum Pemuda Adat Sumerta Kaja Tolak Reklamasi juga memasang baliho Tolak reklamasi di Perempatan Jl. Kenyeri -WR. Supratman Denpasar.
I Wayan Murdika selaku Kepala Lingkungan Banjar Peken Sumerta Kaja mengapresiasi aksi anak muda ini. “Teluk Benoa tidak perlu direklamasi, apalagi mau seperti Singapura, Dubai dan lainnya. Bali ini sudah mendunia dengan seni dan budaya,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu peserta aksi juga mengatakan hal yang serupa. “Ada 70 titik suci di Teluk Benoa, jika rencana ini dipaksakan oleh penguasa dan pengusaha, maka mereka sudah menodai kawasan suci yang ada di Teluk Benoa,” tegas peserta aksi.
Forum Pemuda Adat Sumerta Kaja Tolak Reklamasi berharap kepada Made Mangku Pastika selaku Gubenur Bali untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan desa adat yang menolak reklamasi. mereka juga berharap kepada Presiden Joko Widodo untuk membatalkan Perpres 51 Tahun 2014 warisan SBY sebagai presiden sebelumnya.
Aksi yang berjalan kurang lebih dua jam ini berlangsung dengan aman, dan lancar. Seusai aksi, masa pun membubarkan diri dengan tertib.
Di hari yang sama dan tempat yang berbeda, Forum Sukawati Tolak Reklamasi juga memasang kembali baliho yang jatuh karena diterjang angin keras di pantai purnama. Selain itu, mereka juga memasang baliho ukuran 3×5 di pasar umum Sukawati.
Kadek Tila selaku koordinator Forum Sukawati Tolak Reklamasi mengatakan, gerakan ini diharapkan mampu menggugah para aparat desa khususnya bendesa adat Sukawati supaya memiliki keberanian untuk menyatakan sikap untuk menolak reklamasi.
Selain itu, Tila juga berharap aspirasi ini segera disambut dengan baik. “Kami bersikap karena Sukawati punya wilayah pantai yang sering digunakan untuk kegiatan adat dan keagamaan,” tutupnya.