Juni 7th, 2018 // ForBALI

ForBALI : Jangan Tunggu Jadi Gubernur Jika Serius Menolak Reklamasi dan Menghargai Suara Rakyat  

Foto Aksi Tolak Rreklamasi Teluk Benoa 17 Ferbruari 2018, credit tittle _ riski darmawan (1)

Denpasar (17/02). Ribuan massa ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) bersama Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa kembali Turun kejalan dan memadati depan kantor Gubernur. Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa yang digelar pada tanggal 17 Februari 2018 tersebut merupakan aksi kedua kalinya di tahun 2018. Berbeda dengan aksi sebelumnya, dalam aksi kali ini massa aksi membawa “lelancingan” bertuliskan “Tolak Reklamasi Teluk Benoa – On Fire” diusung diatas kepala adalah simbol dari gerakan BTR (bali tolak reklamasi) ini adalah segala-galanya bagi Kami. Dalam aksinya ForBALI kembali mengingatkan bahwa tahun 2018 merupakan tahun penentuan bagi ijin lokasi reklamasi yang dipegang oleh investor PT.TWBI yang akan habis pada tanggal 25 Agustus mendatang. ForBALI juga memaparkan sikapnya yang dimuat pada surat yang telah dikirimkan kepada masing-masing kandidat beserta partai pengusungnya terkait keseriusan masing-masing kandidat dalam menolak reklamasi Teluk Benoa. ForBALI meminta para kandidat agar serius dan berani bersurat sesuai jabatannya dan memerintahkan seluruh fraksi-fraksi dari partai pengusungnya agar melakukan hal yang sama yakni bersurat secara resmi kepada Presiden Jokowi untuk membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014.

Dalam aksinya ForBALI kembali mengingatkan bahwa tahun 2018 merupakan tahun penentuan bagi ijin lokasi reklamasi yang dipegang oleh investor PT.TWBI yang akan habis pada tanggal 25 Agustus mendatang. Pihak mengajak masa aksi untuk mencermati sikap penguasa, akan berpihak kepada rakyat atasu justur membela kepetintangan investor. “Sebentar lagi aksi ini akan mencapai titik puncaknya tepatnya tanggal 25 Agustus 2018. Dan kita akan melihat apakah penguasa akan membela dan berpihak terhadap gerakan rakyat atau tetap membela kepentingan investor mati-matian. 25 agustus adalah puncak pertarungan selama lima tahun yang menghabiskan keringat darah dan air mata” serunya lantang

ForBALI juga mengingatkan kepada publik, biang kerok dari reklamasi Teluk Benoa. Menurut Gendo Suardana, rencana reklamasi Teluk Benoa tidak pernah ada jika Gubernur Bali, Made Mangku Pastika tidak pernah memberikan ijin termasuk melakukan upaya-upaya meloloskan reklamasi Teluk Benoa. Untuk itu, Ia mengajak massa yang hadir terus menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa agar suara-suara rakyat terus menghantui Gubernur Bali. “Kita tidak boleh lupa orang yang menyebabkan situasi seperti sekarang ini adalah Made Mangku Pastika. Jangan biarkan dia tenang dan melemparkan isu ini serta membiaskan fokus kita terhadap komitmen memenangkan Teluk Benoa bahkan sampai detik terakhirnya ketika ia akan turun dari Gubernur, sebab dia yang menyebabkan situasi seperti ini, dialah biangkerok dari persoalan reklamasi ini. Dia harus terus dihantui oleh suara-suara rakyat dan suara-suara perjuangan ini” ujarnya.

Foto Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa 17 Februari , credit tittle jelantikKonsistensi gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa sampai tahun kelima ini menurut Wayan Gendo suardana, Koordinator ForBALI menjadi penanda bahwa gerakan ini tidak pernah bias dan kehilangan fokus di dalam hiruk-pikuk apapun. Dalam orasinya, Gendo Suardana juga kembali menegaskan independensi gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa. “Gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa adalah gerakan independent yang terus bertahan dan sudah memasuki tahun kelima, kita berkomitmen untuk memenangkan Teluk Benoa dari ancaman reklamasi oleh investor rakus”, ujarnya dari atas mobil aksi.

Menanggapi gelaran Pilgub Bali yang akan berlangsung pada tahun 2018 ini, ForBALI menurut Gendo Suardana telah melayangkan surat kepada kedua pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur beserta partai-partai pengusungnya. Surat itu pada intinya adalah meminta agar kedua pasangan calon bertindak riil dalam menolak reklamasi, ketika kedua pasangan calon mengatakan Tolak Reklamasi. “jika kedua pasangan calon gubernur telah menyatakan menolak reklamasi teluk benoa, maka segera perintahkan Fraksi-Fraksinya di DPRD termasuk orang-orang partai yang duduk di eksekutif melakukan tindakan riil yakni bersurat ke Presiden Jokowi agar membatalkan Perpres 51 tahun 2014 dan menghentikan rencana reklamasi. Jika benar-benar menolak reklamasi dan menghargai suara rakyat, lakukan tindakan segera, jangan menunggu jadi Gubernur. Kita sebagai rakyat yang tidak punya kewenangan langsung bisa bertindak selama lima tahun, harusnya politisi yang punya kewenangan bisa bertindak langsung, itulah mengapa kami bersurat kepada para calon gubernur dan partai pengusungnya. Itulah mengapa ForBALI bersurat kepada mereka, sebab Gerakan ForBALI adalah gerakan yang independent dan ForBALI tidak akan pernah rela, isu reklamasi teluk benoa hanya sekedar dijadikan bahan kampanye pilkada dan bualan semata”, pungkasnya.

Sementara penolakan reklamasi Teluk Benoa terus berlanjut, potensi dampak jika reklamasi teluk benoa dilakukan semakin nyata. Hal tersebut disampaikan Kadek Suta, salah satu perwakilan Jimbaran. Ia menceritakan pengalamannya beberapa waktu ketika banjir melanda wilayah Bali selatan, menurutnya belum direklamasi saja Teluk Benoa telah menyebabkan banjir. “Kami direndam banjir. Hal tersebut tidak bisa kami pungkiri. Belum reklamasi saja jimbaran sudah tenggelam apalagi jika Teluk Benoa jadi direklamasi atau diurug ? maka dari itu kami menolak reklamasi, sebab reklamasi tidak ada untungnya, justru akan mengakibatkan bencana lebih besar lagi. Apakah situasi alam seperti ini yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita nanti ?” tanya Suta.

Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa dimeriahkan oleh parade Baleganjur anak-anak dari Desa Adat Kelan dan musisi Navicula. Tidak hanya itu, aksi kali ini juga nampak berbeda dengan adanya lelancingan tolak reklamasi Teluk Benoa yang dibawa oleh massa aksi sejak memulai aksi dari parkir timur lapangan rennon.

Foto Aksi Tolak Rreklamasi Teluk Benoa 17 Ferbruari 2018, credit tittle _ riski darmawan (1)

Denpasar (17/02). Ribuan massa ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) bersama Pasubayan Desa Adat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa kembali Turun kejalan dan memadati depan kantor Gubernur. Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa yang digelar pada tanggal 17 Februari 2018 tersebut merupakan aksi kedua kalinya di tahun 2018. Berbeda dengan aksi sebelumnya, dalam aksi kali ini massa aksi membawa “lelancingan” bertuliskan “Tolak Reklamasi Teluk Benoa – On Fire” diusung diatas kepala adalah simbol dari gerakan BTR (bali tolak reklamasi) ini adalah segala-galanya bagi Kami. Dalam aksinya ForBALI kembali mengingatkan bahwa tahun 2018 merupakan tahun penentuan bagi ijin lokasi reklamasi yang dipegang oleh investor PT.TWBI yang akan habis pada tanggal 25 Agustus mendatang. ForBALI juga memaparkan sikapnya yang dimuat pada surat yang telah dikirimkan kepada masing-masing kandidat beserta partai pengusungnya terkait keseriusan masing-masing kandidat dalam menolak reklamasi Teluk Benoa. ForBALI meminta para kandidat agar serius dan berani bersurat sesuai jabatannya dan memerintahkan seluruh fraksi-fraksi dari partai pengusungnya agar melakukan hal yang sama yakni bersurat secara resmi kepada Presiden Jokowi untuk membatalkan Perpres Nomor 51 Tahun 2014.

Dalam aksinya ForBALI kembali mengingatkan bahwa tahun 2018 merupakan tahun penentuan bagi ijin lokasi reklamasi yang dipegang oleh investor PT.TWBI yang akan habis pada tanggal 25 Agustus mendatang. Pihak mengajak masa aksi untuk mencermati sikap penguasa, akan berpihak kepada rakyat atasu justur membela kepetintangan investor. “Sebentar lagi aksi ini akan mencapai titik puncaknya tepatnya tanggal 25 Agustus 2018. Dan kita akan melihat apakah penguasa akan membela dan berpihak terhadap gerakan rakyat atau tetap membela kepentingan investor mati-matian. 25 agustus adalah puncak pertarungan selama lima tahun yang menghabiskan keringat darah dan air mata” serunya lantang

ForBALI juga mengingatkan kepada publik, biang kerok dari reklamasi Teluk Benoa. Menurut Gendo Suardana, rencana reklamasi Teluk Benoa tidak pernah ada jika Gubernur Bali, Made Mangku Pastika tidak pernah memberikan ijin termasuk melakukan upaya-upaya meloloskan reklamasi Teluk Benoa. Untuk itu, Ia mengajak massa yang hadir terus menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa agar suara-suara rakyat terus menghantui Gubernur Bali. “Kita tidak boleh lupa orang yang menyebabkan situasi seperti sekarang ini adalah Made Mangku Pastika. Jangan biarkan dia tenang dan melemparkan isu ini serta membiaskan fokus kita terhadap komitmen memenangkan Teluk Benoa bahkan sampai detik terakhirnya ketika ia akan turun dari Gubernur, sebab dia yang menyebabkan situasi seperti ini, dialah biangkerok dari persoalan reklamasi ini. Dia harus terus dihantui oleh suara-suara rakyat dan suara-suara perjuangan ini” ujarnya.

Foto Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa 17 Februari , credit tittle jelantikKonsistensi gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa sampai tahun kelima ini menurut Wayan Gendo suardana, Koordinator ForBALI menjadi penanda bahwa gerakan ini tidak pernah bias dan kehilangan fokus di dalam hiruk-pikuk apapun. Dalam orasinya, Gendo Suardana juga kembali menegaskan independensi gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa. “Gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa adalah gerakan independent yang terus bertahan dan sudah memasuki tahun kelima, kita berkomitmen untuk memenangkan Teluk Benoa dari ancaman reklamasi oleh investor rakus”, ujarnya dari atas mobil aksi.

Menanggapi gelaran Pilgub Bali yang akan berlangsung pada tahun 2018 ini, ForBALI menurut Gendo Suardana telah melayangkan surat kepada kedua pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur beserta partai-partai pengusungnya. Surat itu pada intinya adalah meminta agar kedua pasangan calon bertindak riil dalam menolak reklamasi, ketika kedua pasangan calon mengatakan Tolak Reklamasi. “jika kedua pasangan calon gubernur telah menyatakan menolak reklamasi teluk benoa, maka segera perintahkan Fraksi-Fraksinya di DPRD termasuk orang-orang partai yang duduk di eksekutif melakukan tindakan riil yakni bersurat ke Presiden Jokowi agar membatalkan Perpres 51 tahun 2014 dan menghentikan rencana reklamasi. Jika benar-benar menolak reklamasi dan menghargai suara rakyat, lakukan tindakan segera, jangan menunggu jadi Gubernur. Kita sebagai rakyat yang tidak punya kewenangan langsung bisa bertindak selama lima tahun, harusnya politisi yang punya kewenangan bisa bertindak langsung, itulah mengapa kami bersurat kepada para calon gubernur dan partai pengusungnya. Itulah mengapa ForBALI bersurat kepada mereka, sebab Gerakan ForBALI adalah gerakan yang independent dan ForBALI tidak akan pernah rela, isu reklamasi teluk benoa hanya sekedar dijadikan bahan kampanye pilkada dan bualan semata”, pungkasnya.

Sementara penolakan reklamasi Teluk Benoa terus berlanjut, potensi dampak jika reklamasi teluk benoa dilakukan semakin nyata. Hal tersebut disampaikan Kadek Suta, salah satu perwakilan Jimbaran. Ia menceritakan pengalamannya beberapa waktu ketika banjir melanda wilayah Bali selatan, menurutnya belum direklamasi saja Teluk Benoa telah menyebabkan banjir. “Kami direndam banjir. Hal tersebut tidak bisa kami pungkiri. Belum reklamasi saja jimbaran sudah tenggelam apalagi jika Teluk Benoa jadi direklamasi atau diurug ? maka dari itu kami menolak reklamasi, sebab reklamasi tidak ada untungnya, justru akan mengakibatkan bencana lebih besar lagi. Apakah situasi alam seperti ini yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita nanti ?” tanya Suta.

Aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa dimeriahkan oleh parade Baleganjur anak-anak dari Desa Adat Kelan dan musisi Navicula. Tidak hanya itu, aksi kali ini juga nampak berbeda dengan adanya lelancingan tolak reklamasi Teluk Benoa yang dibawa oleh massa aksi sejak memulai aksi dari parkir timur lapangan rennon.