Juni 19th, 2016 // ForBALI

Wujud Konsistensi, Desa Adat Kibarkan Bendera Tolak Reklamasi

Pemasangan Baliho dan Bendera di Pedungan

Jelang aksi deklarasi bersama tiga Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan, pemuda dari tiga desa pakaraman tersebut melakukan pemasangan baliho di perempatan Catus Pata Desa Pakraman Pedungan.

Selain melakukan pemasangan baliho juga dilakukan pengibaran kurang lebih 300 bendera ForBALI. Pemasangan bendera di seputar wilayah Banjar Pesanggaran dan juga Banjar Ambengan tepatnya di Jalan Raya Sesetan adalah untuk menyambut aksi deklarasi yang akan mereka lakukan pada hari Minggu (19/06).

“Besok (Minggu, 19/6) kami dari Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan akan menggelar aksi deklarasi untuk menegaskan penolakan reklamasi Teluk Benoa,” ujar I Putu Reza Parwita.

Menurutnya, Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan sudah menyatakan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa sejak tahun 2014. Aksi penolakan ini merupakan bentuk komitmen dan konsistensi dari desa untuk terus menolak rencana reklamasi Teluk Benoa sampai rencana tersebut dibatalkan.

Selain di desa Pakraman Pedungan, pengibaran bendera ForBALI sebagai simbol penolakan reklamasi Teluk Benoa juga dilakukan di wilayah lain.

Pengibaran bendera sebanyak lebih dari 150 bendera dikibarkan di Desa Pakraman Ungasan, Kuta Selatan. Ratusan bendera tersebut dipasang warga di sepanjang Jalan Bali Cliff, Kantor Perbekel Desa Ungasan dan Perempatan Nirmala, sebagai bentuk ketegasan mereka menolak reklamasi Teluk Benoa.

Di Desa Pakraman Kedonganan 100an bendera dipasang oleh warga desa. Warga mengibarkan ratusan bendera perjuangan menghiasi jalanan Uluwatu dan Toyaning Kedonganan yang merupakan wujud konsistensi mereka dalam perjuangan ini.

Sementara itu, Penolakan reklamasi oleh pemuda terus meluas. Kali ini, pemuda yang tergabung dalam Sekaa Truna (ST) Panca Kumara (organisasi pemuda adat) melakukan aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa dengan melakukan pemasangan baliho dan pengibaran bendera ForBALI.

Pemasangan baliho dan bendera tersebut dilakukan di wilayah mereka tepatnya di sebelah Banjar Tatasan Kaja, Jalan Ratna pada Jumat (18/6) saat menjelang malam.

Pemasangan baliho tolak reklalmasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa, menurut I Putu Ananda Arif Pradipa merupakan wujud solidaritas terhadap penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa yang telah berlangsung selama ini. “Teluk Benoa memiliki kawasan suci yang harus kita jaga bersama karena kawasan suci itu milik seluruh masyarakat Hindu Bali,” ujar ketua ST Panca Kumara.

Ananda Arif yang sekaligus Koordinator aksi pemasangan baliho juga menyampaikan persiapan pemasangan baliho sudah dilakukan dari pukul 15.00. Dilanjutkan dengan pembuatan rangka baliho yang dilakukan di banjar. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan baliho berukuran 3×4 meter dan bendera ForBALI berukuran 4×3 meter. Baliho dan bendera selesai terpasang sekitar Pukul 18.45 Wita.

Dengan pemasangan baliho ini, ST Panca Kumara berharap agar pemerintah pusat menolak reklamasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa dan segera membatalkan Perpres 51/2014. Untuk pemerintah Provinsi Bali, mereka berharap agar aspirasi mereka terkait rencana reklamsi Teluk Benoa didengar.

Selain itu, melalui pemasangan baliho ini, ST Panca Kumara menginginkan Bendesa Pakraman Tonja Segera Bersikap Terkait Rencana Reklamasi Teluk Benoa dan meminta Sekaa Truna Se Desa Pakraman Tonja ikut bergerak menolak reklamasi Teluk Benoa.

“Harapan kami selaku pemuda Tonja agar Bendesa Tonja segera bersikap terkait polemik rencana reklamasi teluk benoa dan kami mengajak kawan-kawan pemuda yang berada di Desa Pakraman Tonja ikut bergerak menolak reklamasi Teluk Benoa,” tutupnya.

Pemasangan Baliho dan Bendera di Pedungan

Jelang aksi deklarasi bersama tiga Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan, pemuda dari tiga desa pakaraman tersebut melakukan pemasangan baliho di perempatan Catus Pata Desa Pakraman Pedungan.

Selain melakukan pemasangan baliho juga dilakukan pengibaran kurang lebih 300 bendera ForBALI. Pemasangan bendera di seputar wilayah Banjar Pesanggaran dan juga Banjar Ambengan tepatnya di Jalan Raya Sesetan adalah untuk menyambut aksi deklarasi yang akan mereka lakukan pada hari Minggu (19/06).

“Besok (Minggu, 19/6) kami dari Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan akan menggelar aksi deklarasi untuk menegaskan penolakan reklamasi Teluk Benoa,” ujar I Putu Reza Parwita.

Menurutnya, Desa Pakraman Pedungan, Kepaon dan Pemogan sudah menyatakan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa sejak tahun 2014. Aksi penolakan ini merupakan bentuk komitmen dan konsistensi dari desa untuk terus menolak rencana reklamasi Teluk Benoa sampai rencana tersebut dibatalkan.

Selain di desa Pakraman Pedungan, pengibaran bendera ForBALI sebagai simbol penolakan reklamasi Teluk Benoa juga dilakukan di wilayah lain.

Pengibaran bendera sebanyak lebih dari 150 bendera dikibarkan di Desa Pakraman Ungasan, Kuta Selatan. Ratusan bendera tersebut dipasang warga di sepanjang Jalan Bali Cliff, Kantor Perbekel Desa Ungasan dan Perempatan Nirmala, sebagai bentuk ketegasan mereka menolak reklamasi Teluk Benoa.

Di Desa Pakraman Kedonganan 100an bendera dipasang oleh warga desa. Warga mengibarkan ratusan bendera perjuangan menghiasi jalanan Uluwatu dan Toyaning Kedonganan yang merupakan wujud konsistensi mereka dalam perjuangan ini.

Sementara itu, Penolakan reklamasi oleh pemuda terus meluas. Kali ini, pemuda yang tergabung dalam Sekaa Truna (ST) Panca Kumara (organisasi pemuda adat) melakukan aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa dengan melakukan pemasangan baliho dan pengibaran bendera ForBALI.

Pemasangan baliho dan bendera tersebut dilakukan di wilayah mereka tepatnya di sebelah Banjar Tatasan Kaja, Jalan Ratna pada Jumat (18/6) saat menjelang malam.

Pemasangan baliho tolak reklalmasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa, menurut I Putu Ananda Arif Pradipa merupakan wujud solidaritas terhadap penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa yang telah berlangsung selama ini. “Teluk Benoa memiliki kawasan suci yang harus kita jaga bersama karena kawasan suci itu milik seluruh masyarakat Hindu Bali,” ujar ketua ST Panca Kumara.

Ananda Arif yang sekaligus Koordinator aksi pemasangan baliho juga menyampaikan persiapan pemasangan baliho sudah dilakukan dari pukul 15.00. Dilanjutkan dengan pembuatan rangka baliho yang dilakukan di banjar. Setelah itu dilanjutkan dengan pemasangan baliho berukuran 3×4 meter dan bendera ForBALI berukuran 4×3 meter. Baliho dan bendera selesai terpasang sekitar Pukul 18.45 Wita.

Dengan pemasangan baliho ini, ST Panca Kumara berharap agar pemerintah pusat menolak reklamasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa dan segera membatalkan Perpres 51/2014. Untuk pemerintah Provinsi Bali, mereka berharap agar aspirasi mereka terkait rencana reklamsi Teluk Benoa didengar.

Selain itu, melalui pemasangan baliho ini, ST Panca Kumara menginginkan Bendesa Pakraman Tonja Segera Bersikap Terkait Rencana Reklamasi Teluk Benoa dan meminta Sekaa Truna Se Desa Pakraman Tonja ikut bergerak menolak reklamasi Teluk Benoa.

“Harapan kami selaku pemuda Tonja agar Bendesa Tonja segera bersikap terkait polemik rencana reklamasi teluk benoa dan kami mengajak kawan-kawan pemuda yang berada di Desa Pakraman Tonja ikut bergerak menolak reklamasi Teluk Benoa,” tutupnya.