Desember 14th, 2015 // ForBALI

Aktivis ForBALI Kembali Beraksi di COP 21

Paris, Desember 2015. Aktivis dan simpatisan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) kembali beraksi forum internasional. Aksi kali ini diadakan di Konferensi Parapihak terkait Perubahan Iklim (COP) 21 di Paris pada 10 Desember 2015 lalu.

ForBALI COP21

Tiga anggota ForBALI tersebut adalah Dadang SH Pranoto yang juga gitaris band Navicula dan vokalis Dialog Dini Hari (DDH) serta Fadlik Al-Iman dan Anton Muhajir dari pewarta warga. Selain tiga anggota ForBALI tersebut, turut serta pula beberapa simpatisan ForBALI termasuk Daniel Price, peneliti yang bersepeda dari Kutub Selatan ke Paris untuk mengampanyekan perubahan iklim.

Dalam aksinya, anggota ForBALI membentangkan beberapa poster dengan tulisan Bali Not for Sale, Bali Tolak Reklamasi, Protect Benoa Bay, dan seterusnya.

Mereka membentangkan poster-poster tersebut di pintu masuk Green Zone, kawasan di mana sebagian delegasi masyarakat sipil dalam COP 21 melakukan pertemuan-pertemuan. Aksi itu mendapat respon dari para pengunjung. Ada yang hanya memotret namun sebagian juga bertanya tentang tuntutan aksinya.

Setelah melakukan aksi diam dan membentangkan poster di pintu masuk Green Zone, anggota ForBali juga melakukan pawai keliling ratusan booth di kawasan ini sambil menyanyi Bali Tolak Reklamasi.

Selain di dalam Green Zone, aksi juga dilakukan di depan Blue Zone, kawasan inti di Le Bourget Paris Timur di mana pemimpin dunia dari lebih dari 140 negara dan 40.000 partisipan hadir dalam COP 21. Agenda COP 21 selama sekitar dua minggu membahas berbagai topik terkait perubahan iklim.

Aksi ForBALI dalam COP21 memberi warna tersendiri. Sebelumnya, aksi serupa dilakukan aktivis Walhi dan Friends of the Earth di Blue Zone. Mereka menyampaikan tuntutan sama tentang perlunya konservasi dan perlindungan kawasan Teluk Benoa dari ekspolitasi termasuk rencana pembangunan fasilitas pariwisata baru.

Di tempat lain, pada hari berbeda dan masih terkait dengan COP21, Dadang jua melakukan aksi tolak reklamasi melalui lagu-lagunya.

Aksi penolakan itu dilakukan Dadang ketika tampil di Point Ephemere pada 8 Desember 2015. Restoran dan kafe di tepi Sungai Saint-Martin, tersebut menjadi tempat para aktivis masyarakat adat berkumpul. Dadang menyanyi Lagu Tolak Reklamasi diikuti puluhan pengunjung kafe malam.

“Aksi ini untuk menyampaikan kepada pemimpin dunia yang ikut dalam COP21 bahwa perlindungan kawasan konservasi seperti Teluk Benoa sangat penting sebagai bagian dari komitmen mereka untuk mencegah semakin besarnya dampak perubahan iklim,” kata Dadang.

Paris, Desember 2015. Aktivis dan simpatisan Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) kembali beraksi forum internasional. Aksi kali ini diadakan di Konferensi Parapihak terkait Perubahan Iklim (COP) 21 di Paris pada 10 Desember 2015 lalu.

ForBALI COP21

Tiga anggota ForBALI tersebut adalah Dadang SH Pranoto yang juga gitaris band Navicula dan vokalis Dialog Dini Hari (DDH) serta Fadlik Al-Iman dan Anton Muhajir dari pewarta warga. Selain tiga anggota ForBALI tersebut, turut serta pula beberapa simpatisan ForBALI termasuk Daniel Price, peneliti yang bersepeda dari Kutub Selatan ke Paris untuk mengampanyekan perubahan iklim.

Dalam aksinya, anggota ForBALI membentangkan beberapa poster dengan tulisan Bali Not for Sale, Bali Tolak Reklamasi, Protect Benoa Bay, dan seterusnya.

Mereka membentangkan poster-poster tersebut di pintu masuk Green Zone, kawasan di mana sebagian delegasi masyarakat sipil dalam COP 21 melakukan pertemuan-pertemuan. Aksi itu mendapat respon dari para pengunjung. Ada yang hanya memotret namun sebagian juga bertanya tentang tuntutan aksinya.

Setelah melakukan aksi diam dan membentangkan poster di pintu masuk Green Zone, anggota ForBali juga melakukan pawai keliling ratusan booth di kawasan ini sambil menyanyi Bali Tolak Reklamasi.

Selain di dalam Green Zone, aksi juga dilakukan di depan Blue Zone, kawasan inti di Le Bourget Paris Timur di mana pemimpin dunia dari lebih dari 140 negara dan 40.000 partisipan hadir dalam COP 21. Agenda COP 21 selama sekitar dua minggu membahas berbagai topik terkait perubahan iklim.

Aksi ForBALI dalam COP21 memberi warna tersendiri. Sebelumnya, aksi serupa dilakukan aktivis Walhi dan Friends of the Earth di Blue Zone. Mereka menyampaikan tuntutan sama tentang perlunya konservasi dan perlindungan kawasan Teluk Benoa dari ekspolitasi termasuk rencana pembangunan fasilitas pariwisata baru.

Di tempat lain, pada hari berbeda dan masih terkait dengan COP21, Dadang jua melakukan aksi tolak reklamasi melalui lagu-lagunya.

Aksi penolakan itu dilakukan Dadang ketika tampil di Point Ephemere pada 8 Desember 2015. Restoran dan kafe di tepi Sungai Saint-Martin, tersebut menjadi tempat para aktivis masyarakat adat berkumpul. Dadang menyanyi Lagu Tolak Reklamasi diikuti puluhan pengunjung kafe malam.

“Aksi ini untuk menyampaikan kepada pemimpin dunia yang ikut dalam COP21 bahwa perlindungan kawasan konservasi seperti Teluk Benoa sangat penting sebagai bagian dari komitmen mereka untuk mencegah semakin besarnya dampak perubahan iklim,” kata Dadang.