Mei 21st, 2016 // ForBALI

Pemuda Buleleng dan Badung Bersamaan Menolak Reklamasi

Buleleng Tolak Reklamasi

Bertepatan dengan 18 tahun penanda Reformasi, Sabtu, 21 Mei 2016, STT Susila Dharma Desa Kaliasem Lovina dan STT Eka Dharma Bhakti Desa Kalibukbuk Lovina yang tergabung ke dalam Forum Buleleng Tolak Reklamasi Teluk Benoa mendirikan baliho Tolak Reklamasi Teluk Benoa.

Pendirian Baliho di dua Desa ini merupakan wujud kepedulian generasi muda Lovina pada khususnya dan Buleleng pada umumnya terhadap upaya pelestarian alam dan tradisi budaya Bali.

Hal ini diungkapkan oleh Luh Gede Juli Wirahmini selaku koordinator Forum Buleleng Tolak Reklamasi Sabtu (21/5). “Kepedulian tersebut lahir karena pemahaman bahwa reklamasi akan dilaksanakan dengan jalan mengurug perairan Teluk Benoa yang merupakan kawasan suci (sesuai dengan Bhisama PHDI) memberikan dampak perubahan fungsi Teluk Benoa,” tuturnya.

Dalam keterangannya lebih lanjut, pendirian baliho ini memiliki beberapa alasan, di antaranya Penegasan sikap bahwa masalah Teluk Benoa adalah masalah Bali secara keseluruhan bukan sebatas masalah pesisir Teluk Benoa dan sekitarnya. “Jika kerakusan merajalela Bali akan melawan sebab sejarah puputan telah mengajarkan rakyat Bali untuk membela setiap jengkal tanah mereka,” terangnya.

Selain itu, dikatakan pula oleh Juli, hal ini menunjukkan bahwa solidaritas tak kenal batas dan sekat, setiap kerakusan harus dilawan. Mereka juga berharap gaung penolakan terhadap penolakan Reklamasi Teluk Benoa ini agar bisa didengar oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo untuk kemudian segera mencabut Perpres No 51 th. 2014.

Tengkulung Tolak Reklamasi

Pemuda Tengkulung Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Penolak yang sama juga datang dari Desa Tengkulung di dekat Nusa Dua. Tak ada alasan lagi untuk melanjutkan rencana mega proyek menguruk laut seluas 700 hektar di Teluk Benoa. Sebab, pasca Pemuda Tengkulung mendeklarasikan diri menolak reklamasi Teluk Benoa, kini seluruh Desa di Pesisir Teluk Benoa sudah bersikap menolak.

Puluhan pemuda dari Desa Adat Tengkulung, Keluharan Tanjung Benoa, Badung ini akhirnya gerah melihat sikap Bendesa Adat dan para prajurunya yang memilih diam dalam rencana reklamasi Teluk Benoa. Sabtu ini para pemuda ini pun mendirikan baliho Tolak Reklamasi.

Agung Raka Harnawan selaku warga penggerak mengungkapkan ada dua hal yang melatari sikap para pemuda ini untuk bersikap. “Pertama kami mau mengklarifikasi berbagai macam isu tentang Desa kami, salah satunya ada yang bilang kami abu-abu, dan hari ini saya tegaskan, kami bangkit dan tolak reklamasi Teluk Benoa,” tegasnya.

Kemudian, yang kedua, Agung Raka menyampaikan sikap ini murni dari hati nuraninya dan juga para pemuda di Tengkulung. Mereka tidak mau menjadi korban keganasan dari dampak rencana untuk menguruk teluk tersebut.

Agung Raka pun menuturkan, para pemuda di Desa Adat Tengkulung yang notabene daerah terdampak langsung sama seperti Tanjung Benoa yang lebih awal menyatakan sikap, mengatakan akan bergabung dengan barisan Desa Adat lainnya yang sudah menyatakan sikap. “Kami tegaskan, kami konsisten untuk berjuang bersama rakyat Bali lainnya,” janjinya.

Para Pemuda Tengkulung ini memasang dua baliho yang bertuliskan Tolak Reklamasi Teluk Benoa Batalkan Perpres 51/2014, dan bahkan tertulis siap puputan untuk menjaga Teluk Benoa di depan pintu masuk Desa Adat Tengkulung.

Sikap yang tidak main-main ini diharapakan mampu menekan para orang tua yang menjabat di Desanya untuk segera bersikap secara lembaga adat, sebab ini menjadi kekhawatiran generasi muda di Desa Adat Tengkulung sendiri.

Senada dengan hal tersebut, Kadek Duarsa selaku Ketua LPM Kelurahan Tanjung Benoa yang juga turut hadir dalam pemasangan baliho kemarin mengapresiasi sikap para generasi muda di Tengkulung. “Ini sebagai bentuk kebebasan dalam penyampaian pendapat, kami di LPM mendukungnya dan memang pemuda mesti dominan untuk bergerak,” pungkasnya.

Buleleng Tolak Reklamasi

Bertepatan dengan 18 tahun penanda Reformasi, Sabtu, 21 Mei 2016, STT Susila Dharma Desa Kaliasem Lovina dan STT Eka Dharma Bhakti Desa Kalibukbuk Lovina yang tergabung ke dalam Forum Buleleng Tolak Reklamasi Teluk Benoa mendirikan baliho Tolak Reklamasi Teluk Benoa.

Pendirian Baliho di dua Desa ini merupakan wujud kepedulian generasi muda Lovina pada khususnya dan Buleleng pada umumnya terhadap upaya pelestarian alam dan tradisi budaya Bali.

Hal ini diungkapkan oleh Luh Gede Juli Wirahmini selaku koordinator Forum Buleleng Tolak Reklamasi Sabtu (21/5). “Kepedulian tersebut lahir karena pemahaman bahwa reklamasi akan dilaksanakan dengan jalan mengurug perairan Teluk Benoa yang merupakan kawasan suci (sesuai dengan Bhisama PHDI) memberikan dampak perubahan fungsi Teluk Benoa,” tuturnya.

Dalam keterangannya lebih lanjut, pendirian baliho ini memiliki beberapa alasan, di antaranya Penegasan sikap bahwa masalah Teluk Benoa adalah masalah Bali secara keseluruhan bukan sebatas masalah pesisir Teluk Benoa dan sekitarnya. “Jika kerakusan merajalela Bali akan melawan sebab sejarah puputan telah mengajarkan rakyat Bali untuk membela setiap jengkal tanah mereka,” terangnya.

Selain itu, dikatakan pula oleh Juli, hal ini menunjukkan bahwa solidaritas tak kenal batas dan sekat, setiap kerakusan harus dilawan. Mereka juga berharap gaung penolakan terhadap penolakan Reklamasi Teluk Benoa ini agar bisa didengar oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo untuk kemudian segera mencabut Perpres No 51 th. 2014.

Tengkulung Tolak Reklamasi

Pemuda Tengkulung Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Penolak yang sama juga datang dari Desa Tengkulung di dekat Nusa Dua. Tak ada alasan lagi untuk melanjutkan rencana mega proyek menguruk laut seluas 700 hektar di Teluk Benoa. Sebab, pasca Pemuda Tengkulung mendeklarasikan diri menolak reklamasi Teluk Benoa, kini seluruh Desa di Pesisir Teluk Benoa sudah bersikap menolak.

Puluhan pemuda dari Desa Adat Tengkulung, Keluharan Tanjung Benoa, Badung ini akhirnya gerah melihat sikap Bendesa Adat dan para prajurunya yang memilih diam dalam rencana reklamasi Teluk Benoa. Sabtu ini para pemuda ini pun mendirikan baliho Tolak Reklamasi.

Agung Raka Harnawan selaku warga penggerak mengungkapkan ada dua hal yang melatari sikap para pemuda ini untuk bersikap. “Pertama kami mau mengklarifikasi berbagai macam isu tentang Desa kami, salah satunya ada yang bilang kami abu-abu, dan hari ini saya tegaskan, kami bangkit dan tolak reklamasi Teluk Benoa,” tegasnya.

Kemudian, yang kedua, Agung Raka menyampaikan sikap ini murni dari hati nuraninya dan juga para pemuda di Tengkulung. Mereka tidak mau menjadi korban keganasan dari dampak rencana untuk menguruk teluk tersebut.

Agung Raka pun menuturkan, para pemuda di Desa Adat Tengkulung yang notabene daerah terdampak langsung sama seperti Tanjung Benoa yang lebih awal menyatakan sikap, mengatakan akan bergabung dengan barisan Desa Adat lainnya yang sudah menyatakan sikap. “Kami tegaskan, kami konsisten untuk berjuang bersama rakyat Bali lainnya,” janjinya.

Para Pemuda Tengkulung ini memasang dua baliho yang bertuliskan Tolak Reklamasi Teluk Benoa Batalkan Perpres 51/2014, dan bahkan tertulis siap puputan untuk menjaga Teluk Benoa di depan pintu masuk Desa Adat Tengkulung.

Sikap yang tidak main-main ini diharapakan mampu menekan para orang tua yang menjabat di Desanya untuk segera bersikap secara lembaga adat, sebab ini menjadi kekhawatiran generasi muda di Desa Adat Tengkulung sendiri.

Senada dengan hal tersebut, Kadek Duarsa selaku Ketua LPM Kelurahan Tanjung Benoa yang juga turut hadir dalam pemasangan baliho kemarin mengapresiasi sikap para generasi muda di Tengkulung. “Ini sebagai bentuk kebebasan dalam penyampaian pendapat, kami di LPM mendukungnya dan memang pemuda mesti dominan untuk bergerak,” pungkasnya.