September 13th, 2015 // ForBALI

Lagi, Aspirasi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Dibungkam.

Lagi, Aspirasi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Dibungkam.

Pembungkaman terhadap aspirasi menolak reklamasi Teluk Benoa terus terjadi, tidak ada henti-hentinya. Setelah terjadi di berbagai wilayah di Bali, kini giliran Baliho milik Desa Adat Tanjung Benoa dirobek oleh orang yang tidak bertanggung jawab pada Minggu dini hari kemarin, (13/9). Padahal baliho ini merupakan bentuk sikap Desa Adat Tanjung Benoa yang sepakat untuk menolak reklamasi Teluk Benoa seluas 700 Ha.

baliho yang dirusak (1)

Dua baliho dan dua spanduk penolakan reklamasi Teluk Benoa yang dipasang oleh Desa Adat Tanjung Benoa di depan Pos Pecalang pintu masuk Desa Adat Tanjung Benoa dirusak dan dihilangkan. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, perusakan terhadap baliho tersebut diperkirakan terjadi dini hari sekitar pukul 01.00 WITA. Saksi I Made Sumantra yang saat itu melakukan patroli, melihat spanduk telah berserakan.

“Saya diberi tahu oleh pegawai minimarket dekat lokasi perobekan, sekitar jam satu malam itu, lampu jalan mati, ada sepeda motor vixion warna putih disana, jumlahnya dua orang, badan gempal dan tidak tinggi dengan pakaian jaket hitam dan pakai helm, saat di panggil, kedua orang itu kabur ke arah selatan,” terang Sumantra.

foto konferensi pers

Keesokan harinya, Made Sumantra bersama pecalang melaporkannya kepada Kadek Duarsa sebagai Ketua LPM Tanjung Benoa dan Made Wijaya sebagai Jero Bendesa Adat Tanjung Benoa. Pasca laporan yang didapatkan oleh kedua pentolan penolak rencana reklamasi teluk benoa di Tanjung Benoa ini, kemudian  dilakukan koordinasi untuk menyikapi perobekan terhadap Baliho yang berada di depan pintu gerbang lalu lintas masuk ke kawasan tanjung Benoa.

Atas kejadian ini, Ketua LPM  Tanjung Benoa mengungkapkan dirinya tambah semangat untuk menolak rencana reklamasi teluk benoa. “Perobekan terhadap baliho ini adalah bentuk intimidasi dan pelecehan terhadap Desa Adat Tanjung Benoa. tindakan tersebut membuat kami tambah bergairah melawan rencana reklamasi  di Teluk Benoa, kami akan cetak lebih banyak lagi baliho-baliho penolakan ini” ungkap Kadek Duarsa. “kami sangat siap untuk melakukan segalah untuk melawan rencana reklamasi teluk benoa” ujarnya dengan nada semangat.

Perusakan baliho yang menjadi simbol penolakan reklamasi desa adat tanjung benoa mendapatkan reaksi keras dari ketua badan permusyawaratan Desa Adat Tanjung Benoa, Wayan Kartika. ” Kami menyayangkan tindakan seperti ini (perusakan dan penghilangan paksa baliho tolak reklamasi Teluk Benoa,red)” ujarnya.

Sementara itu Made Wijaya, Bendesa Adat Tanjung Benoa mengungkapkan cara-cara perobekan Baliho seperti itu merupakan sebagai bentuk mencederai demokrasi di era modern ini. “Sebagai penggawa adat, saya tidak gentar dengan intimidasi oleh orang yang tak bertanggung jawab”

“Penolakan reklamasi tidak akan pernah surut, dan kedepan kita pasang lagi baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang lebih bagus” pungkas lelaki yang akrab di panggil Yonda.

baliho yang dirusak (4)

Seperti diketahui bersama bahwa desa adat Tanjung Benoa adalah Desa Adat yang berhadapan langsung dengan kawasan perairan Teluk Benoa. Desa Adat Tanjung Benoa adalah desa adat yang konsisten menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. Selain dengan pendirian baliho tolak reklamasi Teluk Benoa, mereka juga pernah mengeluarkan surat pernyataan resmi penolakan reklamasi Teluk Benoa.

Lagi, Aspirasi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa Dibungkam.

Pembungkaman terhadap aspirasi menolak reklamasi Teluk Benoa terus terjadi, tidak ada henti-hentinya. Setelah terjadi di berbagai wilayah di Bali, kini giliran Baliho milik Desa Adat Tanjung Benoa dirobek oleh orang yang tidak bertanggung jawab pada Minggu dini hari kemarin, (13/9). Padahal baliho ini merupakan bentuk sikap Desa Adat Tanjung Benoa yang sepakat untuk menolak reklamasi Teluk Benoa seluas 700 Ha.

baliho yang dirusak (1)

Dua baliho dan dua spanduk penolakan reklamasi Teluk Benoa yang dipasang oleh Desa Adat Tanjung Benoa di depan Pos Pecalang pintu masuk Desa Adat Tanjung Benoa dirusak dan dihilangkan. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, perusakan terhadap baliho tersebut diperkirakan terjadi dini hari sekitar pukul 01.00 WITA. Saksi I Made Sumantra yang saat itu melakukan patroli, melihat spanduk telah berserakan.

“Saya diberi tahu oleh pegawai minimarket dekat lokasi perobekan, sekitar jam satu malam itu, lampu jalan mati, ada sepeda motor vixion warna putih disana, jumlahnya dua orang, badan gempal dan tidak tinggi dengan pakaian jaket hitam dan pakai helm, saat di panggil, kedua orang itu kabur ke arah selatan,” terang Sumantra.

foto konferensi pers

Keesokan harinya, Made Sumantra bersama pecalang melaporkannya kepada Kadek Duarsa sebagai Ketua LPM Tanjung Benoa dan Made Wijaya sebagai Jero Bendesa Adat Tanjung Benoa. Pasca laporan yang didapatkan oleh kedua pentolan penolak rencana reklamasi teluk benoa di Tanjung Benoa ini, kemudian  dilakukan koordinasi untuk menyikapi perobekan terhadap Baliho yang berada di depan pintu gerbang lalu lintas masuk ke kawasan tanjung Benoa.

Atas kejadian ini, Ketua LPM  Tanjung Benoa mengungkapkan dirinya tambah semangat untuk menolak rencana reklamasi teluk benoa. “Perobekan terhadap baliho ini adalah bentuk intimidasi dan pelecehan terhadap Desa Adat Tanjung Benoa. tindakan tersebut membuat kami tambah bergairah melawan rencana reklamasi  di Teluk Benoa, kami akan cetak lebih banyak lagi baliho-baliho penolakan ini” ungkap Kadek Duarsa. “kami sangat siap untuk melakukan segalah untuk melawan rencana reklamasi teluk benoa” ujarnya dengan nada semangat.

Perusakan baliho yang menjadi simbol penolakan reklamasi desa adat tanjung benoa mendapatkan reaksi keras dari ketua badan permusyawaratan Desa Adat Tanjung Benoa, Wayan Kartika. ” Kami menyayangkan tindakan seperti ini (perusakan dan penghilangan paksa baliho tolak reklamasi Teluk Benoa,red)” ujarnya.

Sementara itu Made Wijaya, Bendesa Adat Tanjung Benoa mengungkapkan cara-cara perobekan Baliho seperti itu merupakan sebagai bentuk mencederai demokrasi di era modern ini. “Sebagai penggawa adat, saya tidak gentar dengan intimidasi oleh orang yang tak bertanggung jawab”

“Penolakan reklamasi tidak akan pernah surut, dan kedepan kita pasang lagi baliho tolak reklamasi Teluk Benoa yang lebih bagus” pungkas lelaki yang akrab di panggil Yonda.

baliho yang dirusak (4)

Seperti diketahui bersama bahwa desa adat Tanjung Benoa adalah Desa Adat yang berhadapan langsung dengan kawasan perairan Teluk Benoa. Desa Adat Tanjung Benoa adalah desa adat yang konsisten menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. Selain dengan pendirian baliho tolak reklamasi Teluk Benoa, mereka juga pernah mengeluarkan surat pernyataan resmi penolakan reklamasi Teluk Benoa.