Februari 22nd, 2017 // ForBALI

Jelang World Ocean Summit, Rakyat Bali Kirim Pesan Penolakan Reklamasi Teluk Benoa

IMG-20170222-WA000521/2), Jelang World Ocean Summit yang akan diadakan di Bali pada tanggal 22 – 24 februari 2017 berbagai lapisan masyarakat Bali yang selama ini menyatakan sikap menolak reklamasi Teluk Benoa kembali mendirikan baliho secara serentak pada hari Selasa, 21 Februari 2017. Pendirian baliho tolak reklamasi Teluk Benoa secara serentak dilakukan oleh Desa Adat Kesiman, Kota Denpasar, Desa Adat Seminyak, Kabupaten Badung, Forum Masyarakat Singapadu dan Forum Pemuda Batubulan, Kabupaten Gianyar. Berbagai pesan penolakan reklamasi teluk benoa selain Tolak Reklamasi Teluk Benoa dan Batalkan Perpres No. 51 Tahun 2014, dalam baliho tersebut terdapat pesan berbahasa inggris diantaranya Reject the reclamation project of benoa bay, Benoa bay for people not for profit.

 

Pendirian baliho tersebut selain sebagai respon penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa dan bentuk perlawanan terhadap upaya pemberangusan baliho Bali Tolak Reklamasi, pendirian Baliho kali ini adalah untuk mendesakkan pesan kepada pemerintah dan para delegasi yang hadir di dalam World Ocean Summit yang akan di helat di Nusa Dua tersebut untuk sama menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.

 

“kawasan perairan Teluk Benoa adalah milik rakyat, segala bentuk investasi sudah seharusnya mengutamakan kehidupan dan kebutuhan rakyat, bukan dikelola untuk kepentingan dan investor semata”, Ujar I Gusti Ngurah Bagus Chandra Prabanatha dari Forum Masyarakat Singapadu (Formasi).

 

Ketua FORMASI tersebut menegaskan, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari laut dan menjaga keberlangsungan laut bukan dengan cara mereklamasi karena reklamasi justru akan menyababkan kerusakan laut secara permanen. “Kami meminta kepada pemerintah dan para delagasi yang hadir di dalam World Ocean Summit untuk bersama-sama menghentikan model pembangunan seperti rencana reklamasi Teluk Benoa yang justru akan merusak laut” tegasnya.

 

Pemuda yang akrab disapa Jung Candra tersebut menegaskan jika pemasangan baliho kali ini selain untuk menunjukkan ketegasan masyarakat Singapadu yang tak pernah takut dengan upaya pemberangusan aspirasi rakyat dalam bentuk pengrusakan baliho Bali Tolak Reklamasi. “kami pasang baliho, bendera dan dilanjutkan dengan konser rakyat Bali Tolak Reklamasi” ujarnya.

 

Pada saat bersamaan Forum Pemuda Batubulan (FPB) juga mendirikan baliho di wantilan Pura Puseh didekat lokasi pertunjukan barong. I Ketut Mustika menjelaskan bahwa pendirian baliho memang ditujukan agar para wisatawan asing memahami tentang perjuangan rakyat Bali. “reklamasi 700 HA di Teluk Benoa hanya akan menghancurkan kehidupan pariwisata Bali kedepannya”, ujarnya.

 

Ditempat berbeda, I Nyoman Astawa, warga yang terlibat dalam pendirian baliho Desa Adat Kesiman menyebut pendirian baliho adalah salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap pemberangusan aspirasi yang terjadi di desanya. Beberapa waktu lalu baliho Desa Adat Kesiman juga dirusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Pemberangusan baliho menurutnya bentuk sikap anti terhadap aspirasi rakyat yang menolak reklamasi teluk benoa. “negara seharusnya memperhatikan aspirasi rakyat dalam mengelola kawasan laut/perairan, bukan malash mengabaikannya” ujarnya.

 

Sementara di Desa Adat Seminyak, terdapat 3 organisasi yang berada di bawah naungan Desa Adat Seminyak yakni STT Bakti Yowana Mandala, STT Eka Bhuana Tunggal Budi dan Forum Aksi Nyata (FAN) Seminyak mendirikan serentak 3 baliho di 3 tempat yaitu di depan Balai Banjar Tagtag, Seminyak, di pertigaan Jalan Kunti dan di perempatan Jalan Kunti dengan Sunset Road.

 

I Made Ludra Santika, Ketua FAN Seminyak menyampaikan pendirian baliho-baliho ini sebagai simbol perlawanan terhadap baliho-baliho yang dirusak sebelumnya. “Kami juga selalu siap bergerak dan tidak pernah berhenti memperjuangkan kesucian Teluk Benoa, tumbang satu tumbuh seribu”, pungkasnya seraya mengepalkan tangan kiri.

IMG-20170222-WA000521/2), Jelang World Ocean Summit yang akan diadakan di Bali pada tanggal 22 – 24 februari 2017 berbagai lapisan masyarakat Bali yang selama ini menyatakan sikap menolak reklamasi Teluk Benoa kembali mendirikan baliho secara serentak pada hari Selasa, 21 Februari 2017. Pendirian baliho tolak reklamasi Teluk Benoa secara serentak dilakukan oleh Desa Adat Kesiman, Kota Denpasar, Desa Adat Seminyak, Kabupaten Badung, Forum Masyarakat Singapadu dan Forum Pemuda Batubulan, Kabupaten Gianyar. Berbagai pesan penolakan reklamasi teluk benoa selain Tolak Reklamasi Teluk Benoa dan Batalkan Perpres No. 51 Tahun 2014, dalam baliho tersebut terdapat pesan berbahasa inggris diantaranya Reject the reclamation project of benoa bay, Benoa bay for people not for profit.

 

Pendirian baliho tersebut selain sebagai respon penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa dan bentuk perlawanan terhadap upaya pemberangusan baliho Bali Tolak Reklamasi, pendirian Baliho kali ini adalah untuk mendesakkan pesan kepada pemerintah dan para delegasi yang hadir di dalam World Ocean Summit yang akan di helat di Nusa Dua tersebut untuk sama menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.

 

“kawasan perairan Teluk Benoa adalah milik rakyat, segala bentuk investasi sudah seharusnya mengutamakan kehidupan dan kebutuhan rakyat, bukan dikelola untuk kepentingan dan investor semata”, Ujar I Gusti Ngurah Bagus Chandra Prabanatha dari Forum Masyarakat Singapadu (Formasi).

 

Ketua FORMASI tersebut menegaskan, untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari laut dan menjaga keberlangsungan laut bukan dengan cara mereklamasi karena reklamasi justru akan menyababkan kerusakan laut secara permanen. “Kami meminta kepada pemerintah dan para delagasi yang hadir di dalam World Ocean Summit untuk bersama-sama menghentikan model pembangunan seperti rencana reklamasi Teluk Benoa yang justru akan merusak laut” tegasnya.

 

Pemuda yang akrab disapa Jung Candra tersebut menegaskan jika pemasangan baliho kali ini selain untuk menunjukkan ketegasan masyarakat Singapadu yang tak pernah takut dengan upaya pemberangusan aspirasi rakyat dalam bentuk pengrusakan baliho Bali Tolak Reklamasi. “kami pasang baliho, bendera dan dilanjutkan dengan konser rakyat Bali Tolak Reklamasi” ujarnya.

 

Pada saat bersamaan Forum Pemuda Batubulan (FPB) juga mendirikan baliho di wantilan Pura Puseh didekat lokasi pertunjukan barong. I Ketut Mustika menjelaskan bahwa pendirian baliho memang ditujukan agar para wisatawan asing memahami tentang perjuangan rakyat Bali. “reklamasi 700 HA di Teluk Benoa hanya akan menghancurkan kehidupan pariwisata Bali kedepannya”, ujarnya.

 

Ditempat berbeda, I Nyoman Astawa, warga yang terlibat dalam pendirian baliho Desa Adat Kesiman menyebut pendirian baliho adalah salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap pemberangusan aspirasi yang terjadi di desanya. Beberapa waktu lalu baliho Desa Adat Kesiman juga dirusak oleh orang tidak bertanggung jawab. Pemberangusan baliho menurutnya bentuk sikap anti terhadap aspirasi rakyat yang menolak reklamasi teluk benoa. “negara seharusnya memperhatikan aspirasi rakyat dalam mengelola kawasan laut/perairan, bukan malash mengabaikannya” ujarnya.

 

Sementara di Desa Adat Seminyak, terdapat 3 organisasi yang berada di bawah naungan Desa Adat Seminyak yakni STT Bakti Yowana Mandala, STT Eka Bhuana Tunggal Budi dan Forum Aksi Nyata (FAN) Seminyak mendirikan serentak 3 baliho di 3 tempat yaitu di depan Balai Banjar Tagtag, Seminyak, di pertigaan Jalan Kunti dan di perempatan Jalan Kunti dengan Sunset Road.

 

I Made Ludra Santika, Ketua FAN Seminyak menyampaikan pendirian baliho-baliho ini sebagai simbol perlawanan terhadap baliho-baliho yang dirusak sebelumnya. “Kami juga selalu siap bergerak dan tidak pernah berhenti memperjuangkan kesucian Teluk Benoa, tumbang satu tumbuh seribu”, pungkasnya seraya mengepalkan tangan kiri.