Juni 8th, 2015 // ForBALI

Dari Pelajar, Musisi sampai Komedian, Ramai-ramai Aksi Tolak Reklamasi Teluk Benoa

luh1-band-reggae-the-mangrooves

Arak-arakan ritual di jalanan oleh ribuan orang di Bali itu sudah biasa. Kalau aksi demonstrasi ribuan orang untuk persoalan lingkungan, itu yang jarang terjadi. Pada aksi Bali tolak reklamasi itu terjadi. Dari pemuda, pelajar, musisi, sampai komedian, berkolaborasi.

Sedikitnya 1.000 orang, didominasi anak muda termasuk pelajar jalan kaki di pusat kantor pemerintahan Bali, Kamis (28/5/15) sejak siang hingga petang. Lalu ada konser musik blues, folks, reggae, gong Baleganjur, Rangda, Barong, dan komedian tradisional di sela-sela aksi protes itu. Itulah protes rencana reklamasi di Teluk Benoa.

Selama dua jam lebih mereka aksi memutari lapangan, ke kantor DPRD Bali, lalu berhenti depan Kantor Gubernur Bali sebelum ke lokasi start. Sebagian besar sambil bernyanyi, tertawa, memotret dengan ponsel, dan meneriakkan yel-yel mengikuti komandan lapangan. Para korlap aksi juga terlihat masih muda, di bawah 30 tahun.

Seniman, orator, dan musisi dibagi-bagi dalam beberapa sesi. Panggungnya adalah mobil pickup penuh dengan sound system dan kabel-kabel donasi Dr.Sound. Di sesi pertama, korlap dan sejumlah orator tak pernah henti sepanjang jalan bergantian mengajak yel-yel. Di kantor DPRD diisi grup komedian tradisional popular saat ini yakni Rare Kual.

Dalam bahasa Bali, kwartet ini berhasil memancing tawa dengan guyonan dampak reklamasi sekaligus mengkritik DPRD Bali yang tak pernah menemui peserta aksi dengan alasan tak bersurat resmi audiensi. “Aksi demo beda dengan audiensi yang perlu surat resmi, mestinya DPRD belajar cara menerima aspirasi,” seru I Wayan “Gendo” Suardana, Koordinator ForBALI yang selalu orasi berapi-api.

Gendo, Koordinasi ForBALI, kala orasi. Foto: Luh De Suryani

Gendo, Koordinasi ForBALI, kala orasi. Foto: Luh De Suryani

Untuk kali pertama ada orator perwakilan Nusa Dua, kawasan tetangga Teluk yang sudah mapan sebagai pusat resor mewah. Ada I Wayan Sumantra dari LPM Nusa Dua yang menyebut Bali Selatan terlalu krodit dan tak perlu destinasi baru. Sekitar 30 menit membuat pikuk gedung dewan, massa lanjut ke Gubernur Bali. Di sinilah pickup berubah menjadi panggung konser beberapa penampil seperti band Nosstress, Made Maut, dan The Mangrooves. Peserta aksi berteriak histeris, menyanyi bersama, dan pogo saat musik reggae menghentak.

“Ini aksi dengan gembira dan damai sambil terus berteriak tolak reklamasi untuk anak cucu kita,” kata Gilang, pemimpin yel-yel. Dalam berbagai kesempatan diskusi, konsultasi publik atau materi kampanye ForBALI, sejumlah alasan utama penolakan adalah aspek lingkungan. Pertama karena awalnya zona konservasi, lalu berdasar riset awal modeling Conservation International Indonesia tentang bahaya reklamasi 800 hektar di kawasan itu tentang risiko rob dan merusak ekosistem. Ada juga tentang analisis penyebab abrasi di kawasan lain seperti kasus reklamasi Pulau Serangan.

Ini aksi kesekian kali. Mobilisasi mayoritas lewat ponsel memanfaatkan aplikasi komunikasi dan internet. Seruan berpartisipasi dituangkan lewat poster disebar online. Kali ini, aksi bukan pada hari libur, jadi mereka pasti harus izin dari kampus atau tempat kerja. Tokoh-tokoh mobilisator adalah musisi yang memiliki banyak fans terutama anak muda seperti Superman is Dead, Naviculla, Nosstress, dan lain-lain.

Perangkat aksi dibuat berwarna-warni. Ada yang sudah tercetak seperti poster, spanduk, dan bendera. Ada digambar sendiri di papan, kertas, termasuk membuat beberapa benda raksasa yang diarak. Kali ini, ada peserta aksi membuat seperti boneka dari anyaman bamboo mirip Presiden Joko Widodo. Tinggi setelah diarak sekitar tiga meter, menggunakan kemeja putih dan celana kain khas pria Solo itu.

Ada dua teks memperjelas pesan yang disampaikan dengan boneka Jokowi ini. “Jangan urug Teluk Benoa, saya mau cabut Perpres 51/2014. Ada juga, “Siap, mendengar aspirasi rakyat Bali.”

Dua kalimat lugas mengenai tuntutan massa. Mereka masih belum bosan mengadvokasi kebijakan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memberi lampu hijau reklamasi sekitar 700 hektar di tengah laut, kawasan super strategis di Bali Selatan.

Advokasi berusia hampir tiga tahun, sejak Walhi Bali memastikan ada izin pemanfaatan dan rekomendasi dikeluarkan DPRD dan Gubernur Bali untuk PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) milik taipan Tommy Winata.

Para pemuda, pelajar, ramai-ramai gabung aksi tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Luh De Suryani

Para pemuda, pelajar, ramai-ramai gabung aksi tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Luh De Suryani

Aksi massa Bali tolak reklamasi Teluk Benoa, yang membawa boneka Presiden Joko Widodo. Mereka menuntut Presiden mencabut Perpres yang dibuat era SBY, yang memberikan peluang reklamasi, dicabut. Foto: Luh De Suryani

Aksi massa Bali tolak reklamasi Teluk Benoa, yang membawa boneka Presiden Joko Widodo. Mereka menuntut Presiden mencabut Perpres yang dibuat era SBY, yang memberikan peluang reklamasi, dicabut. Foto: Luh De Suryani

sumber: http://www.mongabay.co.id/2015/05/30/dari-pelajar-musisi-sampai-komedian-ramai-ramai-aksi-tolak-reklamasi-teluk-benoa/

luh1-band-reggae-the-mangrooves

Arak-arakan ritual di jalanan oleh ribuan orang di Bali itu sudah biasa. Kalau aksi demonstrasi ribuan orang untuk persoalan lingkungan, itu yang jarang terjadi. Pada aksi Bali tolak reklamasi itu terjadi. Dari pemuda, pelajar, musisi, sampai komedian, berkolaborasi.

Sedikitnya 1.000 orang, didominasi anak muda termasuk pelajar jalan kaki di pusat kantor pemerintahan Bali, Kamis (28/5/15) sejak siang hingga petang. Lalu ada konser musik blues, folks, reggae, gong Baleganjur, Rangda, Barong, dan komedian tradisional di sela-sela aksi protes itu. Itulah protes rencana reklamasi di Teluk Benoa.

Selama dua jam lebih mereka aksi memutari lapangan, ke kantor DPRD Bali, lalu berhenti depan Kantor Gubernur Bali sebelum ke lokasi start. Sebagian besar sambil bernyanyi, tertawa, memotret dengan ponsel, dan meneriakkan yel-yel mengikuti komandan lapangan. Para korlap aksi juga terlihat masih muda, di bawah 30 tahun.

Seniman, orator, dan musisi dibagi-bagi dalam beberapa sesi. Panggungnya adalah mobil pickup penuh dengan sound system dan kabel-kabel donasi Dr.Sound. Di sesi pertama, korlap dan sejumlah orator tak pernah henti sepanjang jalan bergantian mengajak yel-yel. Di kantor DPRD diisi grup komedian tradisional popular saat ini yakni Rare Kual.

Dalam bahasa Bali, kwartet ini berhasil memancing tawa dengan guyonan dampak reklamasi sekaligus mengkritik DPRD Bali yang tak pernah menemui peserta aksi dengan alasan tak bersurat resmi audiensi. “Aksi demo beda dengan audiensi yang perlu surat resmi, mestinya DPRD belajar cara menerima aspirasi,” seru I Wayan “Gendo” Suardana, Koordinator ForBALI yang selalu orasi berapi-api.

Gendo, Koordinasi ForBALI, kala orasi. Foto: Luh De Suryani

Gendo, Koordinasi ForBALI, kala orasi. Foto: Luh De Suryani

Untuk kali pertama ada orator perwakilan Nusa Dua, kawasan tetangga Teluk yang sudah mapan sebagai pusat resor mewah. Ada I Wayan Sumantra dari LPM Nusa Dua yang menyebut Bali Selatan terlalu krodit dan tak perlu destinasi baru. Sekitar 30 menit membuat pikuk gedung dewan, massa lanjut ke Gubernur Bali. Di sinilah pickup berubah menjadi panggung konser beberapa penampil seperti band Nosstress, Made Maut, dan The Mangrooves. Peserta aksi berteriak histeris, menyanyi bersama, dan pogo saat musik reggae menghentak.

“Ini aksi dengan gembira dan damai sambil terus berteriak tolak reklamasi untuk anak cucu kita,” kata Gilang, pemimpin yel-yel. Dalam berbagai kesempatan diskusi, konsultasi publik atau materi kampanye ForBALI, sejumlah alasan utama penolakan adalah aspek lingkungan. Pertama karena awalnya zona konservasi, lalu berdasar riset awal modeling Conservation International Indonesia tentang bahaya reklamasi 800 hektar di kawasan itu tentang risiko rob dan merusak ekosistem. Ada juga tentang analisis penyebab abrasi di kawasan lain seperti kasus reklamasi Pulau Serangan.

Ini aksi kesekian kali. Mobilisasi mayoritas lewat ponsel memanfaatkan aplikasi komunikasi dan internet. Seruan berpartisipasi dituangkan lewat poster disebar online. Kali ini, aksi bukan pada hari libur, jadi mereka pasti harus izin dari kampus atau tempat kerja. Tokoh-tokoh mobilisator adalah musisi yang memiliki banyak fans terutama anak muda seperti Superman is Dead, Naviculla, Nosstress, dan lain-lain.

Perangkat aksi dibuat berwarna-warni. Ada yang sudah tercetak seperti poster, spanduk, dan bendera. Ada digambar sendiri di papan, kertas, termasuk membuat beberapa benda raksasa yang diarak. Kali ini, ada peserta aksi membuat seperti boneka dari anyaman bamboo mirip Presiden Joko Widodo. Tinggi setelah diarak sekitar tiga meter, menggunakan kemeja putih dan celana kain khas pria Solo itu.

Ada dua teks memperjelas pesan yang disampaikan dengan boneka Jokowi ini. “Jangan urug Teluk Benoa, saya mau cabut Perpres 51/2014. Ada juga, “Siap, mendengar aspirasi rakyat Bali.”

Dua kalimat lugas mengenai tuntutan massa. Mereka masih belum bosan mengadvokasi kebijakan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memberi lampu hijau reklamasi sekitar 700 hektar di tengah laut, kawasan super strategis di Bali Selatan.

Advokasi berusia hampir tiga tahun, sejak Walhi Bali memastikan ada izin pemanfaatan dan rekomendasi dikeluarkan DPRD dan Gubernur Bali untuk PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) milik taipan Tommy Winata.

Para pemuda, pelajar, ramai-ramai gabung aksi tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Luh De Suryani

Para pemuda, pelajar, ramai-ramai gabung aksi tolak reklamasi Teluk Benoa, Bali. Foto: Luh De Suryani

Aksi massa Bali tolak reklamasi Teluk Benoa, yang membawa boneka Presiden Joko Widodo. Mereka menuntut Presiden mencabut Perpres yang dibuat era SBY, yang memberikan peluang reklamasi, dicabut. Foto: Luh De Suryani

Aksi massa Bali tolak reklamasi Teluk Benoa, yang membawa boneka Presiden Joko Widodo. Mereka menuntut Presiden mencabut Perpres yang dibuat era SBY, yang memberikan peluang reklamasi, dicabut. Foto: Luh De Suryani

sumber: http://www.mongabay.co.id/2015/05/30/dari-pelajar-musisi-sampai-komedian-ramai-ramai-aksi-tolak-reklamasi-teluk-benoa/