November 17th, 2014 // ForBALI

Parade Ogoh-Ogoh dan Rangda, Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Denpasar-15 november 2014, Parade budaya digelar oleh ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) untuk melawan rencana reklamasi di Teluk Benoa. Massa aksi yang terdiri dari berbagai element masyarakat dari Negara, Buleleng, Bangli, Tabanan, Gianyar, Denpasar, mahasiswa dan pemuda termasuk masyarakat pesisir di seputaran teluk benoa termasuk berkumpul di parkir timur lapangan Renon.

Parade Budaya #TolakReklamasiTelukBenoa

Massa aksi mulai berangkat dari mulai bergerak dari parkir timur lapangan renon menuju depan bajra sandhi. Sesampai di depan Bajra Sandhi, massa aksi sempat melakukan protes terhadap kepolisian yang menutup penuh jalan niti mandala. Wayan Gendo Suardana dalam orasinya mengatakan bahwa selama ini pihak-pihak yang pro reklamasi selalu menuding aksi tolak reklamasi adalah penyebab kemacetan padahal yang terjadi adalah jalur kendaraan ditutup secara sepihak oleh polisi. “kita selalu memberikan ruang bagi para pengguna jalan tetapi pihak kepolisian selalu menutup jalan, lalu siapa sesungguhnya yang menjadi penyebab kemacetan”. Tanya Gendo sembari diiringi yelyel oleh massa aksi. Setelah serangkaian protes tersebut, beberapa kali Nampak kendaraan bermotor melintasi jalan di depan massa aksi namun beberapa kali juga ditutup.

Parade Budaya #TolakReklamasiTelukBenoa

Usai menyampaikan protes ke pihak kepolisian, massa aksi kemudian melanjutkan paradenya ke depan kantor Gubernur. Parade budaya ini juga di warnai parade ogoh ogoh bertajuk tolak reklamasi, theater dari mahasiswa UNHI denpasar dan pagelaran seni Rangda dari masyarakat elemen masyarakat Kuta Perjuangan.

Pagelaran tari Rangda di awali dengan bondres yang di bawakan dengan lawakan oleh para seniman dari Kuta Perjuangan dan kemudian dilanjutkan dengan tarian rangda yang “berkelahi” dengan investor yang kemudian dimenangkan oleh rangda. “Rangda dijadikan sebagai symbol ibu pertiwi, kalo hari ini ibu pertiwi di keruk dan tidak bisa melawan maka kita putra-putri pertiwi harus bergerak melawan.” Ujar penari bondres dari Kuta Perjuangan.

Sementara itu, Gede Angga Sugamayoga, perwakilan dari STT. Dharma Sentana dari Desa Kedonganan dalam orasinya membantah tudingan-tudingan kelompok pro reklamasi yang menyatakan bahwa pendirian baliho tolak reklamasi dan gerakan-gerakan tolak reklamasi yang dilakukan oleh pemuda selama ini diotaki dan digerakkan oleh satu orang yaitu Gendo. “apa kami sudah tidak punya otak sehingga harus diotaki, kami punya otak masing-masing dan kami bergerak berdasarkan hati nurani untuk menolak reklamasi Teluk Benoa” ujar angga.

Parade Budaya #TolakReklamasiTelukBenoa

Koordinator ForBALI Wayan Gendo Suardana mengkritik baliho yang ada di depan kantor gubenur yang bertuliskan “pahlawanku idolaku” yang di latarbelakangi gambar Bung Tomo. “Bung tomo tidak pernah bohongin rakyatnya, rezim mangku pastika tidak pantas menjadi pahlawan karena selalu berbohong” ujarnya

Gendo berharap pada Presiden Jokowi untuk segera mencabut perpres 51/2014, selain itu ia juga meminta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti untuk menghentikan semua proses ijin yang sedang berjalan di kementrian kelautan dan perikanan yang dilakukan oleh terkait dengan rencana reklamsi teluk benoa dan juga meminta Menko Maritim untuk mendorong Jokowi untuk melindungi kawasan konservasi dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan prinsip konservasi.

Di dalam parade budaya kali ini, ForBALI melalui humas aksinya Made Krisna Dinata menyampaikan sejumlah tuntuannya diantaranya adalah

1. Menolak reklamasi Teluk Benoa dan menuntut dihentikannya upaya-upaya untuk memuluskan reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan oleh pemerintah baik secara lokal maupun nasional;

2. Meminta Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk segera membatalkan dan menghentikan seluruh proses pembahasan AMDAL serta tidak menerbitkan Izin Lingkungan;

3. Meminta Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk segera menghentikan seluruh proses perizinan reklamasi Teluk Benoa;

4. Menuntut Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo untuk melakukan tindakan yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan kawasan perairan Teluk Benoa menjadi kawasan konservasi;

5. Menuntut Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo untuk membatalkan dan mencabut Perpres 51 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden nomor 45 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan SARBAGITA dengan memberlakukan kembali Perpres 45 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan;

6. Menuntut Pemerintah Provinsi Bali dan DPRD provinsi Bali untuk tidak melayani kepentingan reklamasi di Teluk Benoa yang telah mengkhianati konservasi, mengabaikan penolakan yang telah dilakukan masyarakat, dan berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak;

Usai menggelar parade budaya massa dari ForBALI membubarkan diri dengan tertib.

Denpasar-15 november 2014, Parade budaya digelar oleh ForBALI (Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa) untuk melawan rencana reklamasi di Teluk Benoa. Massa aksi yang terdiri dari berbagai element masyarakat dari Negara, Buleleng, Bangli, Tabanan, Gianyar, Denpasar, mahasiswa dan pemuda termasuk masyarakat pesisir di seputaran teluk benoa termasuk berkumpul di parkir timur lapangan Renon.

Parade Budaya #TolakReklamasiTelukBenoa

Massa aksi mulai berangkat dari mulai bergerak dari parkir timur lapangan renon menuju depan bajra sandhi. Sesampai di depan Bajra Sandhi, massa aksi sempat melakukan protes terhadap kepolisian yang menutup penuh jalan niti mandala. Wayan Gendo Suardana dalam orasinya mengatakan bahwa selama ini pihak-pihak yang pro reklamasi selalu menuding aksi tolak reklamasi adalah penyebab kemacetan padahal yang terjadi adalah jalur kendaraan ditutup secara sepihak oleh polisi. “kita selalu memberikan ruang bagi para pengguna jalan tetapi pihak kepolisian selalu menutup jalan, lalu siapa sesungguhnya yang menjadi penyebab kemacetan”. Tanya Gendo sembari diiringi yelyel oleh massa aksi. Setelah serangkaian protes tersebut, beberapa kali Nampak kendaraan bermotor melintasi jalan di depan massa aksi namun beberapa kali juga ditutup.

Parade Budaya #TolakReklamasiTelukBenoa

Usai menyampaikan protes ke pihak kepolisian, massa aksi kemudian melanjutkan paradenya ke depan kantor Gubernur. Parade budaya ini juga di warnai parade ogoh ogoh bertajuk tolak reklamasi, theater dari mahasiswa UNHI denpasar dan pagelaran seni Rangda dari masyarakat elemen masyarakat Kuta Perjuangan.

Pagelaran tari Rangda di awali dengan bondres yang di bawakan dengan lawakan oleh para seniman dari Kuta Perjuangan dan kemudian dilanjutkan dengan tarian rangda yang “berkelahi” dengan investor yang kemudian dimenangkan oleh rangda. “Rangda dijadikan sebagai symbol ibu pertiwi, kalo hari ini ibu pertiwi di keruk dan tidak bisa melawan maka kita putra-putri pertiwi harus bergerak melawan.” Ujar penari bondres dari Kuta Perjuangan.

Sementara itu, Gede Angga Sugamayoga, perwakilan dari STT. Dharma Sentana dari Desa Kedonganan dalam orasinya membantah tudingan-tudingan kelompok pro reklamasi yang menyatakan bahwa pendirian baliho tolak reklamasi dan gerakan-gerakan tolak reklamasi yang dilakukan oleh pemuda selama ini diotaki dan digerakkan oleh satu orang yaitu Gendo. “apa kami sudah tidak punya otak sehingga harus diotaki, kami punya otak masing-masing dan kami bergerak berdasarkan hati nurani untuk menolak reklamasi Teluk Benoa” ujar angga.

Parade Budaya #TolakReklamasiTelukBenoa

Koordinator ForBALI Wayan Gendo Suardana mengkritik baliho yang ada di depan kantor gubenur yang bertuliskan “pahlawanku idolaku” yang di latarbelakangi gambar Bung Tomo. “Bung tomo tidak pernah bohongin rakyatnya, rezim mangku pastika tidak pantas menjadi pahlawan karena selalu berbohong” ujarnya

Gendo berharap pada Presiden Jokowi untuk segera mencabut perpres 51/2014, selain itu ia juga meminta Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pujiastuti untuk menghentikan semua proses ijin yang sedang berjalan di kementrian kelautan dan perikanan yang dilakukan oleh terkait dengan rencana reklamsi teluk benoa dan juga meminta Menko Maritim untuk mendorong Jokowi untuk melindungi kawasan konservasi dengan menerapkan kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan prinsip konservasi.

Di dalam parade budaya kali ini, ForBALI melalui humas aksinya Made Krisna Dinata menyampaikan sejumlah tuntuannya diantaranya adalah

1. Menolak reklamasi Teluk Benoa dan menuntut dihentikannya upaya-upaya untuk memuluskan reklamasi Teluk Benoa yang dilakukan oleh pemerintah baik secara lokal maupun nasional;

2. Meminta Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk segera membatalkan dan menghentikan seluruh proses pembahasan AMDAL serta tidak menerbitkan Izin Lingkungan;

3. Meminta Kementrian Kelautan dan Perikanan untuk segera menghentikan seluruh proses perizinan reklamasi Teluk Benoa;

4. Menuntut Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo untuk melakukan tindakan yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan kawasan perairan Teluk Benoa menjadi kawasan konservasi;

5. Menuntut Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo untuk membatalkan dan mencabut Perpres 51 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden nomor 45 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan SARBAGITA dengan memberlakukan kembali Perpres 45 tahun 2011 tentang rencana tata ruang kawasan perkotaan;

6. Menuntut Pemerintah Provinsi Bali dan DPRD provinsi Bali untuk tidak melayani kepentingan reklamasi di Teluk Benoa yang telah mengkhianati konservasi, mengabaikan penolakan yang telah dilakukan masyarakat, dan berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak;

Usai menggelar parade budaya massa dari ForBALI membubarkan diri dengan tertib.