Mei 20th, 2016 // ForBALI

Hari Kebangkitan Nasional, Tiga Komponen Masyarakat Bali Pasang Baliho Tolak Reklamasi

Desa Adat Sukawati Tolak Reklamasi

Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke 108 yang jatuh pada 20 Mei 2016, tiga komponen masyarakat Bali di Denpasar dan Gianyar menggelar aksi dengan pemasangan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa pada Jumat (20/5). Mereka di antaranya dari Banjar Alangkajeng, Denpasar, Desa Adat Renon dan Semeton Pasek Sukawati, Gianyar.

Banjar Alangkajeng memasang baliho dengan ukuran 3 x 4,5 meter beserta bendera berukuran 4×3 meter yang dipasang pada pukul 17.00. “Kami tidak ikut-ikutan, ini murni dari hati nurani kami untuk menjaga lingkungan,” ujar Anak Agung Putu Sugiartha selaku Kelian Banjar Alangkajeng.

Hal yang serupa juga dilakukan oleh Desa Pekraman Renon, Denpasar. Segenap masyarakat turut serta memasang baliho yang bertulisan “Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa” lengkap dengan logo ForBALI.

Menariknya, baliho ini dipasang di semua banjar yang ada di Renon. “Jadi ada 4 Banjar yang ada di Renon, kami pasang serentak atas arahan Bendesa Adat,” tutur Eka selaku pemuda Renon.

Sementara itu di Gianyar, komponen dari Semeton Pasek Sukawati juga mendirikan baliho berukuran 4×6 meter di depan Griya Agung Banjar Babakan, Sukawati. “Teluk Benoa itu kawasan suci, jangan di utak atik, maka dari itu mesti di jaga,” tutur Ida Pandita Empu Siwa Budha Daksa Dharmita selaku pengelingsir warga pasek di Sukawati,

Pemasangan baliho ini juga sebagai bentuk untuk menegaskan dan menyosialisasikan hasil keputusan PHDI pusat tentang Kawasan Suci Teluk Benoa, agar nantinya tidak ada umat bingung, terlebih ada beberapa pihak yang ingin membuat keputusan tandingan dengan bergerilya mencari tanda tangan para Pandita.

Ida Pandita meminta gerakan ini dapat diikuti oleh perkumpulan warga lainnya yang ada di Bali. “Semoga saja, setelah warga pasek di Sukawati, ada warga lainnya juga seperti warga Pande dan sebagainya untuk turut serta dalam barisan masyarakat,” harapnya.

Tidak hanya mendirikan baliho, pada pukul 24.00, juga diadakan malam renungan suci dan doa bersama beberapa Pandita, pemangku dan warga memohon supaya semesta memberkati perjuangan rakyat Bali dalam menolak reklamasi Teluk Benoa.

Desa Adat Sukawati Tolak Reklamasi

Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional ke 108 yang jatuh pada 20 Mei 2016, tiga komponen masyarakat Bali di Denpasar dan Gianyar menggelar aksi dengan pemasangan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa pada Jumat (20/5). Mereka di antaranya dari Banjar Alangkajeng, Denpasar, Desa Adat Renon dan Semeton Pasek Sukawati, Gianyar.

Banjar Alangkajeng memasang baliho dengan ukuran 3 x 4,5 meter beserta bendera berukuran 4×3 meter yang dipasang pada pukul 17.00. “Kami tidak ikut-ikutan, ini murni dari hati nurani kami untuk menjaga lingkungan,” ujar Anak Agung Putu Sugiartha selaku Kelian Banjar Alangkajeng.

Hal yang serupa juga dilakukan oleh Desa Pekraman Renon, Denpasar. Segenap masyarakat turut serta memasang baliho yang bertulisan “Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa” lengkap dengan logo ForBALI.

Menariknya, baliho ini dipasang di semua banjar yang ada di Renon. “Jadi ada 4 Banjar yang ada di Renon, kami pasang serentak atas arahan Bendesa Adat,” tutur Eka selaku pemuda Renon.

Sementara itu di Gianyar, komponen dari Semeton Pasek Sukawati juga mendirikan baliho berukuran 4×6 meter di depan Griya Agung Banjar Babakan, Sukawati. “Teluk Benoa itu kawasan suci, jangan di utak atik, maka dari itu mesti di jaga,” tutur Ida Pandita Empu Siwa Budha Daksa Dharmita selaku pengelingsir warga pasek di Sukawati,

Pemasangan baliho ini juga sebagai bentuk untuk menegaskan dan menyosialisasikan hasil keputusan PHDI pusat tentang Kawasan Suci Teluk Benoa, agar nantinya tidak ada umat bingung, terlebih ada beberapa pihak yang ingin membuat keputusan tandingan dengan bergerilya mencari tanda tangan para Pandita.

Ida Pandita meminta gerakan ini dapat diikuti oleh perkumpulan warga lainnya yang ada di Bali. “Semoga saja, setelah warga pasek di Sukawati, ada warga lainnya juga seperti warga Pande dan sebagainya untuk turut serta dalam barisan masyarakat,” harapnya.

Tidak hanya mendirikan baliho, pada pukul 24.00, juga diadakan malam renungan suci dan doa bersama beberapa Pandita, pemangku dan warga memohon supaya semesta memberkati perjuangan rakyat Bali dalam menolak reklamasi Teluk Benoa.